Teks -- 1 Korintus 6:1-14 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: 1Kor 6:1 - ORANG-ORANG YANG TIDAK BENAR.
Nas : 1Kor 6:1
Ketika perselisihan sepele (ayat 1Kor 6:2) terjadi di antara dua
orang Kristen, hal itu harus dibereskan di dalam gereja dan tidak d...
Nas : 1Kor 6:1
Ketika perselisihan sepele (ayat 1Kor 6:2) terjadi di antara dua orang Kristen, hal itu harus dibereskan di dalam gereja dan tidak dibawa ke pengadilan. Gereja harus menghakimi kebenaran dan kesalahan yang terlibat dalam hal itu, menjatuhkan keputusan dan menjalankan disiplin apabila diperlukan
(lihat cat. --> Mat 18:15).
[atau ref. Mat 18:15]
- 1) Hal ini tidak berarti bahwa seorang percaya tidak diperbolehkan untuk maju ke pengadilan dalam kasus yang serius dengan orang yang belum percaya. Paulus sendiri naik banding kepada sistem pengadilan pemerintah lebih dari sekali (lih. Kis 16:37-39; 25:10-12).
- 2) Paulus juga tidak mengatakan bahwa gereja harus mengizinkan anggotanya untuk berlaku kejam terhadap orang yang tidak bersalah, seperti para janda, anak, dan orang yang lemah. Sebaliknya, Paulus sedang membicarakan persoalan-persoalan di mana tidak ada benar dan salah yang jelas. Tindakan berdosa yang mencolok tidak boleh dibiarkan saja, melainkan harus ditangani sesuai dengan petunjuk Kristus dalam Mat 18:15-17.
- 3) Lagi pula, dalam kasus di mana orang yang disebut "saudara" telah menceraikan dan meninggalkan keluarganya dan tidak mau memenuhi tunjangan kebutuhan bagi istri dan anak-anaknya, maka ibu rumah tangga itu dengan maksud yang benar dan perhatiannya terhadap anaknya diperkenankan untuk mengadukan perkaranya ke pengadilan. Paulus tidak menganjurkan agar mereka yang melanggar hukum diizinkan untuk merugikan dan mengancam hidup atau kesejahteraan orang lain. Pernyataannya dalam ayat 1Kor 6:8 menunjukkan bahwa ia sedang berbicara mengenai perselisihan kecil di mana kesalahan dapat diterima dan dibiarkan saja.
Full Life: 1Kor 6:9 - ORANG-ORANG YANG TIDAK ADIL TIDAK AKAN MENDAPAT BAGIAN DALAM KERAJAAN ALLAH.
Nas : 1Kor 6:9
Beberapa orang di jemaat Korintus telah diperdaya untuk percaya
bahwa sekalipun mereka telah memutuskan hubungan dengan Kristus, men...
Nas : 1Kor 6:9
Beberapa orang di jemaat Korintus telah diperdaya untuk percaya bahwa sekalipun mereka telah memutuskan hubungan dengan Kristus, menyangkal Dia, dan hidup dalam kebejatan dan ketidakadilan, keselamatan dan warisan mereka dalam kerajaan Allah masih terjamin.
- 1) Tetapi, Paulus menyatakan bahwa kematian rohani adalah akibat yang
tak dapat dihindarkan bila orang terbiasa berbuat dosa, malahan untuk
orang Kristen (bd. Rom 8:13). Tidak seorang pun dapat hidup bagi
kepuasan amoral dan masih mewarisi kerajaan Allah (bd. Rom 6:16;
Yak 1:15;
lihat cat. --> 1Yoh 2:4;
lihat cat. --> 1Yoh 3:9).
[atau ref. 1Yoh 2:4; 3:9]
Rasul Paulus sering mengulangi pengajaran penting ini (mis. Gal 5:21 dan Ef 5:5-6). Perhatikan bahwa prinsip ini sering diutarakan oleh nabi-nabi PL(lihat cat. --> Yer 8:7;
lihat cat. --> Yer 23:17;
lihat cat. --> Yeh 13:10)
[atau ref. Yer 8:7; 23:17; Yeh 13:10]
- 2) Peringatan Paulus ditujukan kepada seluruh masyarakat Kristen. Jangan kita ditipu, karena "orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah". Keselamatan tanpa karya Roh Kudus yang melahirkan kembali dan menguduskan tidak ada tempat dalam teologi Paulus
Full Life: 1Kor 6:11 - DIBENARKAN ... DALAM ROH.
Nas : 1Kor 6:11
Pembenaran tidak hanya meliputi karya penyelamatan oleh Tuhan Yesus,
tetapi juga karya Roh Allah dalam kehidupan orang percaya
...
Nas : 1Kor 6:11
Pembenaran tidak hanya meliputi karya penyelamatan oleh Tuhan Yesus, tetapi juga karya Roh Allah dalam kehidupan orang percaya
(lihat art. KATA-KATA ALKITABIAH UNTUK KESELAMATAN).
Full Life: 1Kor 6:12 - SEGALA SESUATU HALAL BAGIKU.
Nas : 1Kor 6:12
Jelas sekali bahwa pernyataan ini merupakan sebuah kutipan dari
pandangan teologis para penentang Paulus. Mereka menyangka bahwa me...
Nas : 1Kor 6:12
Jelas sekali bahwa pernyataan ini merupakan sebuah kutipan dari pandangan teologis para penentang Paulus. Mereka menyangka bahwa mereka berhak untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Jerusalem: 1Kor 6:1-20 - -- Dalam bagian suratnya ini Paulus menegor orang-orang Korintus karena memamerkan perselisihan mereka di depan orang-orang luar, sedangkan seharusnya de...
Dalam bagian suratnya ini Paulus menegor orang-orang Korintus karena memamerkan perselisihan mereka di depan orang-orang luar, sedangkan seharusnya dengan berdamai mereka membereskan perkara-perkara mereka satu sama lain. Apa yang di sini dikatakan oleh Paulus sebagai ejekan kejam terhadap orang-orang Kristen di Korintus, jangan diartikan sebagai pegangan tetap. Pendapat Paulus yang tepat mengenai pejabat-pejabat negara yang tidak Kristen terdapat dalam Rom 13:1-7.
Jerusalem: 1Kor 6:1 - orang-orang yang tidak benar Ialah pejabat-pejabat pemerintah yang tidak beriman. Pejabat-pejabat pemerintah di Korintus tentunya bukan orang yang luar biasa jahat atau korup. Tet...
Ialah pejabat-pejabat pemerintah yang tidak beriman. Pejabat-pejabat pemerintah di Korintus tentunya bukan orang yang luar biasa jahat atau korup. Tetapi mereka tidak mempunyai "kebenaran" yang dikurniakan Allah. Karena itu permainan kata Paulus ini: bagaimana mereka (yang tidak benar/adil) dapat mengadili mereka yang benar, ialah "orang-orang kudus" yang tidak lain kecuali anggota-anggota jemaat Kristen? Permainan kata paling terasa dalam bahasa Yunani, di mana kata yang sama berarti baik adil maupun benar.
Yaitu bersama Kristus, Hakim dunia yang tertinggi.
Jerusalem: 1Kor 6:4 - yang tidak berarti dalam jemaat Ialah orang beriman yang paling sederhana. Orang itu tentu saja cukup untuk mengurus "perkara yang tidak berarti" (suatu sindiran dan ejekan halus). T...
Ialah orang beriman yang paling sederhana. Orang itu tentu saja cukup untuk mengurus "perkara yang tidak berarti" (suatu sindiran dan ejekan halus). Terjemahan lain: yang dipandang hina (tidak berarti) oleh jemaat. Kalau demikian maka yang dimaksudkan ialah hakim-hakim kafir, bdk Mat 5:25; 18:17.
Jerusalem: 1Kor 6:8 - ketidak-adilan Kata Yunani yang dipakai juga dapat berarti: "ketidak-benaran". Tetapi yang dimaksudkan di sini ialah ketidak-adilan, suatu kesalahan moril. Demikianp...
Kata Yunani yang dipakai juga dapat berarti: "ketidak-benaran". Tetapi yang dimaksudkan di sini ialah ketidak-adilan, suatu kesalahan moril. Demikianpun halnya dalam 1Ko 6:9 (tidak adil).
Jerusalem: 1Kor 6:10 - tidak akan mendapat bagian Bdk 1Ko 15:50; Gal 5:21; Efe 5:5; Wah 21:8; 22:15.
Bdk 1Ko 15:50; Gal 5:21; Efe 5:5; Wah 21:8; 22:15.
Jerusalem: 1Kor 6:11 - dalam nama... Perhatikanlah bahwa ketiga diri ilahi disebut di sini, kalaupun belum "Allah Tritunggal", bdk 2Ko 13:13+.
Perhatikanlah bahwa ketiga diri ilahi disebut di sini, kalaupun belum "Allah Tritunggal", bdk 2Ko 13:13+.
Jerusalem: 1Kor 6:12 - segala sesuatu halal bagiku Ini kiranya suatu ucapan Paulus yang disalahgunakan oleh sementara orang Korintus yang menganggap dirinya bebas terhadap segala aturan.
Ini kiranya suatu ucapan Paulus yang disalahgunakan oleh sementara orang Korintus yang menganggap dirinya bebas terhadap segala aturan.
Jerusalem: 1Kor 6:13 - -- Dalam ayat ini Paulus melawan pendapat bahwa percabulan adalah sebuah kebutuhan alamiah sama seperti makan-minum. Paulus menandaskan bahwa kebutuhan m...
Dalam ayat ini Paulus melawan pendapat bahwa percabulan adalah sebuah kebutuhan alamiah sama seperti makan-minum. Paulus menandaskan bahwa kebutuhan makan-minum terkait pada dunia ini, sehingga akan lenyap bersama dengannya (1Ko 6:13; tetapi bdk 1Ko 10:31), sedangkan hidup seksuil menyangkut persekutuan dengan Kristus, sehingga harus sesuai dengan orang yang menjadi anggota Kristus, 1Ko 6:15-17; bdk Efe 5:21-33+.
Jerusalem: 1Kor 6:14 - akan membangkitkan Var: telah membangkitkan. Var ini lebih berdekatan dengan apa yang dikatakan dalam Kol 2:12 dari pada dengan keterangan Rom 6:4-8, sehingga agaknya ti...
Ende: 1Kor 6:1 - Orang-orang jang tidak benar disini berarti; jang tidak mempunjai
kebenaran dalam Kristus, jaitu bukan orang kudus atau orang beriman. Tetapi itu
dalam angan-angan Paulus tentu sa...
disini berarti; jang tidak mempunjai kebenaran dalam Kristus, jaitu bukan orang kudus atau orang beriman. Tetapi itu dalam angan-angan Paulus tentu sadja mengandung arti: jang tidak mengadili orang berdasarkan asas-asas dan tjita-tjita Indjil.
Ende: 1Kor 6:2 - Mengadili dunia sebagai anggota tubuh Kristus turut mengambil bagian
dalam kekuasaan Kristus.
sebagai anggota tubuh Kristus turut mengambil bagian dalam kekuasaan Kristus.
Ende: 1Kor 6:3-4 - -- Tafsiran sangat umum, ialah: menurut Yoh 5:22 seluruh pengadilan
diserahkan kepada Kristus, djadi termasuk tugas mengadili para Malaekat.
Djalan pikir...
Tafsiran sangat umum, ialah: menurut Yoh 5:22 seluruh pengadilan diserahkan kepada Kristus, djadi termasuk tugas mengadili para Malaekat.
Djalan pikiran Paulus selandjutnja demikian ini: Sekalian orang kudus akan mendapat bagian dalam pengadilan Kristus pada achir zaman, djadi djuga dalam hal mengadili para Malaekat, tetapi kalau demikian maka umat lajak dan berwenang pula untuk mengadili perkara-perkara jang timbul dalam lingkungan umat.
Dalam ajat ini sudah tersimpul atjara fasal berikut.
Ende: 1Kor 6:7 - Kekalahan mereka terletak dalam hal, bahwa mereka membanggakan
kebidjaksanaannja, jaitu keunggulan mereka dalam mengerti dan melakukan Indjil,
pada hal dengan s...
mereka terletak dalam hal, bahwa mereka membanggakan kebidjaksanaannja, jaitu keunggulan mereka dalam mengerti dan melakukan Indjil, pada hal dengan saling menggugat mereka memperkosa asas-asas dan tjita-tjita Indjil, seperti jang terkandung dalam pernjataan Jesus Mat 5:39-42. Kedua pertanjaan Paulus tentu sadja dimaksudkan sebagai peringatan akan adjaran Jesus itu.
Ende: 1Kor 6:8 - -- Kata-kata sangat hebat dalam ajat ini, lebih lagi berhubung dengan daftar dosa-dosa
dalam kedua ajat berikut, mengesankan, bahwa apa jang dimaksudkan ...
Kata-kata sangat hebat dalam ajat ini, lebih lagi berhubung dengan daftar dosa-dosa dalam kedua ajat berikut, mengesankan, bahwa apa jang dimaksudkan Paulus dengan "katakadilan" dan "perampasan" djauh lebih buruk dari pada gugatan tentang perkara-perkara remeh dimuka hakim tak beriman. Dan kita mendapat kesan, bahwa dosa-dosa itu masih djuga terdapat dalam umat itu.
Ende: 1Kor 6:11 - -- Rasul tiba-tiba melembutkan suaranja. Rupanja ia takut kalau-kalau katanja jang
memang terasa agak berlebih-lebihan dan kasar, mengetjilkan hati umat....
Rasul tiba-tiba melembutkan suaranja. Rupanja ia takut kalau-kalau katanja jang memang terasa agak berlebih-lebihan dan kasar, mengetjilkan hati umat. Sebab itu ia menandaskan, bahwa keadaan mereka sudah lain sekali. namun Paulus masih tjemas, seperti terang dalam fasal berikut.
Ende: 1Kor 6:12 - Segalanja halal bagiku Itu rupanja suatu sembojan dalam mulut segolongan
atau orang-orang perseorangan tertentu didalam umat, guna berdalih-dalih menutup
"kebebasan" mereka ...
Itu rupanja suatu sembojan dalam mulut segolongan atau orang-orang perseorangan tertentu didalam umat, guna berdalih-dalih menutup "kebebasan" mereka jang terlalu djauh. Memang Paulus bertubi-tubi menekankan, bahwa umat Kristus bebas dari hukum Jahudi dan bahwa tak ada djenis-djenis makanan jang "nadjis" bagi mereka. Tetapi orang-orang tersebut menafsirkan adjaran Paulus, sampai berlaku terlalu bebas terhadap djenis-djenis pertjabulan, dan turut makan dalam upatjara pemudjaan dewa-dewa. Tentang hal terachir ini Paulus akan berbitjara dalam bab-bab 8-11 (1Ko 8-11).
Disini: tidak mau dikuasai napsu sjahwat.
disini: Paulus berkata atas nama tiap-tiap "aku" didalam umat.
Ende: 1Kor 6:13 - Tubuh bukan untuk pertjabulan Segolongan filsuf Junani tertentu
menjamakan napsu sjahwat dengan napsu makan, sampai menjimpulkan: tak ada
pemuasan napsu sjahwat jang "nadjis", jait...
Segolongan filsuf Junani tertentu menjamakan napsu sjahwat dengan napsu makan, sampai menjimpulkan: tak ada pemuasan napsu sjahwat jang "nadjis", jaitu merupakan dosa.
· orang-orang kudus: Mat 18:17
Ref. Silang FULL: 1Kor 6:5 - memalukan kamu // dari saudara-saudaranya · memalukan kamu: 1Kor 4:14; 1Kor 4:14
· dari saudara-saudaranya: Kis 1:15
Ref. Silang FULL: 1Kor 6:6 - Adakah saudara // tidak percaya · Adakah saudara: Rom 7:1; Rom 7:1
· tidak percaya: 2Kor 6:14,15; 1Tim 5:8
· Adakah saudara: Rom 7:1; [Lihat FULL. Rom 7:1]
· tidak percaya: 2Kor 6:14,15; 1Tim 5:8
· suka dirugikan: Mat 5:39,40
· terhadap saudara-saudaramu: 1Tes 4:6
Ref. Silang FULL: 1Kor 6:9 - Kerajaan Allah // Janganlah sesat // orang berzinah // orang pemburit · Kerajaan Allah: Mat 25:34; Mat 25:34
· Janganlah sesat: Ayub 13:9; 1Kor 15:33; Gal 6:7; Yak 1:16
· orang berzinah: Im 18:20; Ul...
· dan penipu: 1Tim 1:10; Wahy 21:8; 22:15
Ref. Silang FULL: 1Kor 6:11 - demikianlah dahulu // dirimu disucikan // telah dikuduskan // telah dibenarkan · demikianlah dahulu: Ef 2:2; Ef 2:2
· dirimu disucikan: Kis 22:16; Kis 22:16
· telah dikuduskan: 1Kor 1:2
· telah dibenar...
· semuanya berguna: 1Kor 10:23
Ref. Silang FULL: 1Kor 6:13 - tetapi kedua-duanya // untuk Tuhan · tetapi kedua-duanya: Kol 2:22
· untuk Tuhan: 1Kor 6:15,19; Rom 12:1
· tetapi kedua-duanya: Kol 2:22
· untuk Tuhan: 1Kor 6:15,19; Rom 12:1
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: 1Kor 6:1-8 - Penyebab Tuntutan Hukum Dicela
Di dalam pasal ini Rasul Paulus,
I. Menegur jemaat Korintus karena mereka saling melakukan gugatan hukum mengenai perkara-perkara yang ti...
- Di dalam pasal ini Rasul Paulus,
- I. Menegur jemaat Korintus karena mereka saling melakukan gugatan hukum mengenai perkara-perkara yang tidak berarti di pengadilan, dan membawa perkara mereka di hadapan hakim yang tidak mengenal Allah (ay. 1-8).
- II. Karena itu Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk memperingatkan mereka terhadap banyak dosa besar, yang sebelumnya mereka biasa lakukan (ay. 9-11).
- III. Dan, setelah memperingatkan mereka atas penyalahgunaan kebebasan mereka, dengan sungguh-sungguh ia menasihati mereka untuk menjauhkan diri dari percabulan, dengan memberi berbagai alasan (ay. 12 dan seterusnya sampai selesai).
Penyebab Tuntutan Hukum Dicela (1 Korintus 6:1-8)
- Di sini Rasul Paulus mencela mereka karena saling melakukan gugatan hukum di hadapan hakim yang tidak mengenal Allah untuk perkara-perkara yang sebenarnya tidak berarti. Ia menyalahkan mereka dengan semua gugatan hukum yang menjengkelkan. Di pasal sebelumnya ia telah memerintahkan mereka untuk memberi hukuman atas dosa-dosa keji di antara mereka melalui kecaman jemaat. Di sini ia memerintahkan mereka untuk menyelesaikan segala sengketa di antara mereka melalui nasihat dan saran jemaat. Mengenai hal ini, dapat kita amati,
- I. Kesalahan yang ditegurnya. Yaitu, menghadap pengadilan. Bukan karena hukum itu baik kalau tepat digunakan, melainkan karena,
- 1. Saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain (ay. 6), seorang anggota jemaat melawan anggota lainnya. Hubungan yang dekat tidak dapat memelihara perdamaian dan saling pengertian yang baik. Ikatan kasih persaudaraan diputuskan. Seperti yang dikatakan oleh Salomo, Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat. Pertengkaran mereka menjadi seperti palang gapura sebuah puri (Ams. 18:19). Perhatikanlah, orang-orang Kristen seharusnya tidak boleh bertengkar, sebab mereka bersaudara. Kalau hal ini dilaksanakan sebagaimana mestinya, akan mencegah timbulnya gugatan hukum, dan dapat mengakhiri perbantahan dan tuntutan hukum.
- 2. Mereka membawa perkara itu di hadapan hakim yang tidak mengenal Allah. Mereka mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus (ay. 1). Mereka membawa persengketaan mereka di hadapan orang-orang yang tidak percaya (ay. 6), dan tidak mau menyelesaikan pertikaian itu di antara mereka sendiri, di antara orang-orang Kristen dan orang-orang kudus, setidaknya di antara orang-orang yang sama-sama mengaku percaya iman Kristen. Kejadi an ini cenderung mendatangkan aib bagi Kekristenan. Dengan segera hal itu menyatakan kebodohan dan sifat mereka yang tidak suka berdamai, sementara mereka mengaku-ngaku sebagai anak-anak yang berhikmat dan pengikut-pengikut Anak Domba, Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, Raja Damai. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata, “Apakah ada di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar?” Perhatikanlah, orang-orang Kristen sama sekali tidak boleh melakukan sesuatu yang kemungkinan besar dapat membawa aib bagi nama dan pengakuan iman Kristen mereka.
- 3. Setidaknya inilah petunjuk bahwa mereka melakukan gugatan hukum untuk perkara-perkara yang tidak berarti, perkara-perkara yang sebenarnya sepele. Sebab, Rasul Paulus menyalahkan mereka karena mereka lebih rela untuk tidak menderita ketidakadilan dan lebih suka melakukan gugatan hukum (ay. 7), demi hal-hal yang sangat tidak penting. Dalam hal-hal yang dapat membawa kerugian besar bagi diri kita atau keluarga kita, kita dapat menggunakan sarana-sarana hukum untuk membenarkan diri. Kita tidak boleh tinggal diam dan menanggung penderitaan itu dengan pasrah, tanpa berbuat apa-apa untuk kelegaan kita sendiri. Namun, dalam hal-hal yang berakibat kecil, lebih baik mengalah terhadap orang-orang yang berbuat salah itu. Orang-orang Kristen harus memiliki watak yang suka mengampuni. Menanggung penderitaan dan ketidaknyamanan ringan adalah demi untuk ketenteraman dan kehormatan mereka sendiri dari pada tampak sebagai orang yang suka bertengkar.
- II. Rasul Paulus menunjukkan di hadapan mereka betapa buruknya kesalahan mereka: Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia (ay. 2), akan menghakimi malaikat-malaikat? (ay. 3). Apakah mereka tidak layak untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti, perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari? Dengan membawa perkara-perkara yang tidak berarti mengenai hidup sehari-hari di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, mereka menaruh aib ke atas watak kekristenan mereka, mereka melupakan martabat mereka yang sebenarnya sebagai orang-orang kudus. Padahal, seharusnya mereka akan menghakimi dunia ini, benar-benar menghakimi. Jadi, sungguh sangat tidak bertanggung jawab kalau mereka tidak dapat menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang sepele di antara mereka sendiri. Beberapa orang berpendapat bahwa menghakimi dunia ini dan malaikat-malaikat haruslah dipahami sebagai menjadi penilai bagi Kristus pada hari penghakiman agung itu. Dikatakan mengenai murid-murid Juruselamat kita bahwa pada hari itu mereka akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Mat. 19:28). Selain itu, di bagian lain kita membaca mengenai kedatangan Tuhan kita dengan beribu-ribu orang kudus-Nya untuk menghakimi semua orang (Yud. 14-15). Ia akan datang untuk menghakimi dengan semua orang kudus-Nya (1Tes. 3:13). Mereka sendiri juga akan dihakimi (Mat. 25:31-41), tetapi mungkin mereka akan dibebaskan terlebih dahulu dan diminta untuk maju dan duduk di atas bangku peradilan untuk memberikan persetujuan dan tepuk tangan mereka atas penghakiman Kristus yang adil, baik atas manusia maupun atas malaikat-malaikat. Tidak dalam arti lain mereka akan menjadi hakim-hakim. Mereka bukanlah mitra di dalam tugas Tuhan mereka, tetapi mereka mendapat kehormatan untuk duduk di dekat-Nya, dan menyaksikan penghakiman-Nya terhadap dunia yang jahat dan mendukung penghakiman itu. Ada juga yang berpendapat bahwa penghakiman atas dunia ini dimaksudkan ketika kerajaan dunia ini berubah menjadi kerajaan Kristen. Tetapi tidak tampak bahwa jemaat Korintus memiliki pengetahuan bahwa kerajaan dunia akan berubah menjadi kerajaan Kristen. Andaikata mereka tahu, dalam hal apa dapat dikatakan bahwa kaisar-kaisar Kristen akan mengadili malaikat-malaikat? Yang lain lagi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan penghakiman terhadap dunia adalah penghakiman jemaat atas dunia oleh iman dan perbuatan mereka, dan pengusiran malaikat-malaikat jahat oleh kuasa mujizat, yang tidak terbatas hanya pada abad-abad permulaan atau hanya pada rasul-rasul saja. Dari semua pendapat, tampaknya pengertian pertamalah yang paling dapat diterima, dan lagi pula pengertian itu memberikan dukungan sepenuhnya atas alasan yang diberikan. “Akankah orang-orang Kristen mendapat kehormatan untuk duduk bersama Hakim yang Berdaulat pada hari akhir itu, sementara Ia menjatuhkan hukuman ke atas orang-orang berdosa dan malaikat-malaikat yang jahat, dan tidak layakkah mereka untuk menghakimi perkara-perkara tidak berarti yang kamu pertentangkan di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah? Tidak dapatkah mereka menyelesaikan perselisihan kalian itu? Mengapa kamu harus membawa perkaraperkara itu ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah? Kamu ditetapkan untuk menghakimi hakim-hakim itu, jadi pantaskah kamu mengikuti pengadilan mereka? Haruskah kamu menyerahkan urusan-urusan biasa dalam hidup ini kepada hakim yang tidak berarti di dalam jemaat?” (Begitulah yang dipahami oleh beberapa orang, dan mungkin yang paling cocok, ay. 4), yaitu hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, exouthenēmenous, sesuatu yang tidak berarti (1:28). “Pantaskah mereka yang seharusnya dipanggil untuk mengurus perkara-perkaramu, kamu pandang begitu rendah? Tidakkah itu memalukan?” (ay. 5). Ada juga orang yang memahaminya dalam kalimat ironis: “Jika kamu mempunyai perkara-perkara yang belum terselesaikan seperti itu, serahkanlah perkara itu kepada mereka yang setidaknya berarti di antara kamu. Anggota-anggota yang paling rendah di antara kamu pasti dapat menyelesaikan perselisihan ini. Sampaikan perkara yang diperselisihkan kepada mereka, dari pada di ajukan ke pengadilan di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Perkara-perkara itu tergolong sepele, tidak layak untuk dipertengkarkan, dan dengan mudah dapat diselesaikan, jika kamu pertama-tama dapat menaklukkan dirimu sendiri dan tunduk kepada watak Kristen yang sejati. Bersabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan yang paling tidak terpelajar di antara kamu sekalipun dapat mengakhiri perselisihanmu. Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu (ay. 5). Perhatikanlah, merupakan hal yang memalukan jika perselisihan-perselisihan kecil berkembang pesat di antara orang-orang Kristen, sehingga tidak dapat diselesaikan melalui campur tangan saudara-saudara seiman.
- III. Rasul Paulus memberikan dua cara untuk memperbaiki kesalahan ini, yakni,
- 1. Dengan menyerahkan perkara itu kepada seseorang di dalam jemaat untuk diselesaikan: “Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? (ay. 5) Kamu yang menganggap dirimu sangat berhikmat dan berpengetahuan, yang begitu membangga-banggakan karunia-karunia dan anugerah luar biasa yang kamu miliki. Tidak adakah seorang di antara kamu yang layak untuk melakukan pekerjaan ini? Tidak adakah yang cukup berhikmat untuk menghakimi perselisihan ini? Haruskah sesama saudara bertengkar, dan hakim yang tidak mengenal Allah menghakimi, di dalam suatu jemaat yang begitu terkenal dengan pengetahuan dan hikmatnya seperti kalian? Merupakan suatu aib bagi kamu bahwa banyak pertengkaran terjadi di antara kalian, dan tidak ada seorang pun dari antara kamu yang berhikmat dapat menengahi dan mencegahnya.” Perhatikanlah, orang-orang Kristen sama sekali tidak boleh melakukan gugatan hukum sebelum semua upaya damai telah dicoba dengan hasil yang sia-sia. Orang Kristen yang bijaksana sedapat mungkin mencegah timbulnya pertengkaran dan tidak menyerahkan begitu saja keputusan perkara yang dipertengkarkan kepada pengadilan, khususnya untuk perkara-perkara biasa yang sangat tidak berarti.
- 2. Dengan sukarela bersedia menderita ketidakadilan dari pada menempuh cara tersebut untuk membenarkan diri sendiri. Adanya saja perkara di antara kamu telah merupakan kekalahan bagi kamu. Selalu merupakan suatu kekalahan bagi salah satu pihak untuk berperkara di pengadilan, kecuali apabila surat bukti yang ada memang meragukan dan dengan penuh rasa persahabatan kedua belah pihak sepakat untuk bersama-sama menyerahkan perkara itu pada penilaian dari orang-orang yang memiliki pengetahuan hukum untuk memutuskan. Lebih baik menyerahkan perkara itu daripada berselisih mengenai hal itu, yang tampaknya terutama dikecam oleh Rasul Paulus: Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? Perhatikanlah, seorang Kristen lebih baik siap menanggung sedikit penderitaan daripada merengek mengasihani diri sendiri dan membangkitkan kemarahan orang lain dengan cara berlomba-lomba mengajukan gugatan hukum. Kedamaian dalam pikirannya sendiri dan ketenangan lingkungan di sekitarnya lebih berharga dari pada kemenangan dalam adu gugat seperti itu atau dalam usaha memulihkan haknya kembali, khususnya ketika perselisihan itu harus diputuskan oleh orang-orang yang menjadi seteru agama kita. Namun Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka betapa jauhnya mereka dari kemauan menanggung penderitaan sehingga mereka benar-benar melakukan ketidakadilan, dan mendatangkan kerugian terhadap saudara-saudara mereka. Perhatikanlah, merupakan suatu kesalahan untuk melakukan ketidakadilan dan mendatangkan kerugian terhadap siapa pun juga, tetapi kesalahan ini men jadi semakin besar kalau sampai mendatangkan kerugian terhadap sesama saudara Kristen kita. Ikatan kasih bersama harus menjadi semakin kuat di antara mereka dari pada di antara orang-orang lain. Dan kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia (Rm. 13:10). Orang-orang yang mengasihi rasa persaudaraan berdasarkan asas ini tidak akan pernah menyakiti atau melukai sesama mereka.
Matthew Henry: 1Kor 6:9-11 - Peringatan yang Sungguh-sungguh Peringatan yang Sungguh-sungguh (1 Korintus 6:9-11)
Di sini Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk memperingatkan mereka terhadap banyak kejahata...
Peringatan yang Sungguh-sungguh (1 Korintus 6:9-11)
- Di sini Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk memperingatkan mereka terhadap banyak kejahatan mengerikan yang sebelumnya sangat mereka sukai.
- I. Rasul Paulus memaparkan hal itu sebagai suatu kebenaran yang jelas-jelas bisa dilihat, yang tidak boleh mereka abaikan, bahwa orang-orang berdosa seperti itu tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Orang-orang yang paling tidak berarti di antara mereka sekalipun sangat mengetahui hal itu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? (ay. 9), tidak akan diakui sebagai anggota yang sejati dari jemaatnya di dunia ini, dan juga tidak diakui sebagai anggota yang mulia dari jemaat di sorga. Semua ketidakadilan adalah dosa, dan semua dosa yang masih berkuasa, bahwa setiap dosa nyata yang dilakukan dengan sengaja, dan tidak disesali, akan mengunci kerajaan sorga. Paulus memerincikan beberapa jenis dosa: terhadap hukum yang pertama dan kedua, sebagai penyembah-penyembah berhala, terhadap hukum yang ketujuh, sebagai orang cabul, pezinah, banci, dan pemburit, terhadap hukum yang kedelapan, sebagai pencuri dan penipu, yang secara paksa atau curang berbuat ketidakadilan terhadap sesama mereka, terhadap hukum kesembilan, sebagai pemfitnah, serta terhadap hukum kesepuluh, sebagai orang kikir dan pemabuk. Semua dosa ini dengan jelas melanggar hukum-hukum selebihnya. Orang-orang yang mengetahui suatu hal apa saja mengenai perkara-perkara agama harus tahu bahwa sorga tidak pernah dimaksudkan untuk hal-hal ini. Sampah dunia ini sama sekali tidak layak untuk mengisi rumah-rumah yang besar dan permai di sorga. Orang-orang yang melakukan pekerjaan Iblis tidak akan pernah menerima upah dari Allah, selain maut, sebagai upah yang adil dari dosa (Rm. 6:23).
- II. Sekarang Rasul Paulus memperingatkan mereka terhadap penyesatan diri sendiri: Janganlah sesat! Orang-orang yang seharusnya sudah mengetahui kebenaran seperti yang telah disebutkan sebelumnya, biasanya justru cenderung tidak memperhatikannya. Manusia sangat cenderung menghibur diri sendiri bahwa Allah itu sama seperti mereka, dan bahwa mereka dapat hidup di dalam dosa, namun mati di dalam Kristus. Dapat menjalankan kehidupan seperti anak-anak Iblis, namun dapat masuk sorga bersama anak-anak Allah. Tetapi, ini semua benar-benar sebuah kebohongan besar. Camkanlah, umat manusia ini sungguh harus peduli agar mereka tidak menipu diri sendiri mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jiwa mereka. Kita tidak dapat berharap menabur di dalam daging, namun akan menuai hidup yang kekal.
- III. Rasul Paulus mengingatkan mereka betapa dahsyatnya perubahan yang telah dikerjakan Injil dan kasih karunia Allah di dalam diri mereka. Beberapa orang di antara kamu (ay. 11), yakni orang-orang berdosa yang begitu terkenal kejahatannya, seperti yang telah ia ungkapkan. Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah tauta – seperti itulah beberapa orang di antara kamu, seperti monster daripada manusia. Perhatikanlah, beberapa orang yang sekarang sungguh menjadi sangat baik setelah pertobatan mereka, dahulunya adalah orang-orang yang luar biasa jahat. Quantum mutatus ab illo! – Betapa mulianya perubahan yang dilakukan oleh kasih karunia! Kasih karunia mengubah orang-orang yang paling keji dan hina menjadi orang-orang kudus dan anak-anak Allah. Seperti itulah tadinya beberapa orang di antara kamu dahulu, namun kamu sekarang tidaklah sama seperti kamu yang dahulu itu. Kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita. Perhatikanlah, kejahatan manusia sebelum pertobatan bukanlah penghalang bagi pemulihan dan pendamaiannya dengan Allah. Darah Kristus dan penyucian untuk pemulihan, dapat membersihkan semua kesalahan dan kecemaran. Di sini ada perubahan urutan perkataan yang indah: Kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan. Pengudusan disebut sebelum pembenaran, tetapi nama Kristus, yang oleh-Nya kita dibenarkan, ditempatkan sebelum nama Roh Allah, yang oleh-Nya kita dikuduskan. Pembenaran kita dikarenakan oleh jasa Kristus, sedangkan pengudusan kita disebabkan oleh pekerjaan Roh, namun keduanya berjalan bersama-sama. Perhatikanlah, tidak ada orang yang dibersihkan dari kesalahan dosa dan didamaikan dengan Allah melalui Kristus selain mereka yang juga dikuduskan oleh Roh-Nya. Semua yang dibenarkan di hadapan Allah, dikuduskan oleh kasih karunia Allah.
Matthew Henry: 1Kor 6:12-20 - Melawan Percabulan Melawan Percabulan (1 Korintus 6:12-20)
Ayat kedua belas dan bagian awal ayat ketiga belas ini tampaknya berkaitan dengan perbantahan sebelumnya ...
Melawan Percabulan (1 Korintus 6:12-20)
- Ayat kedua belas dan bagian awal ayat ketiga belas ini tampaknya berkaitan dengan perbantahan sebelumnya yang pernah terjadi di antara orang-orang Kristen perihal perbedaan soal makanan, namun kemudian menjadi pengantar bagi peringatan selanjutnya yang menentang percabulan. Kaitannya cukup jelas jika kita perhatikan ketetapan yang terkenal dari para rasul itu (Kis. 15), di mana larangan memakan makanan tertentu digabungkan dengan larangan melakukan percabulan. Nah, tampaknya ada beberapa orang dari jemaat di Korintus yang begitu bebas dalam melakukan hal percabulan seperti halnya kebebasan memakan semua makanan, terutama karena perbuatan percabulan itu tidak dianggap sebagai dosa menurut hukum di negeri mereka. Mereka siap berkata, bahkan di dalam hal percabulan, segala sesuatu halal bagiku. Di sini Rasul Paulus menentang kesombongan yang merusak ini. Ia memberi tahu mereka bahwa banyak hal yang halal pada dasarnya tidaklah berguna pada waktu-waktu tertentu dan dalam keadaan-keadaan khusus. Lagi pula, seharusnya orang-orang Kristen tidak hanya mempertimbangkan apa yang halal untuk dilakukan, tetapi juga apa yang pantas untuk mereka lakukan, dengan mempertimbangkan pengakuan iman, tabiat, hubungan-hubungan, dan semua pengharapan mereka. Mereka harus sangat berhati-hati supaya jangan memperlakukan kebenaran umum ini terlampau jauh sehingga dapat membawa mereka masuk ke dalam perhambaan, baik dalam bentuk penyesatan yang licik ataupun kecenderungan yang bersifat duniawi. Segala sesuatu halal bagiku, kata Paulus, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun (ay. 12). Bahkan di dalam hal-hal yang dianggap halal sekalipun, ia tidak mau tunduk pada suatu kuasa yang dapat merampas kuasa yang ada pada dirinya. Sama sekali ia tidak menganggap halal bahwa perkara-perkara mengenai Allah dikuasai oleh pengaruh-pengaruh kuasa apa pun yang dari dunia ini. Perhatikanlah, ada suatu kebebasan yang digunakan Kristus untuk membebaskan kita, dan dalam kebebasan inilah kita harus berdiri teguh. Namun, pasti Paulus tidak akan pernah menggunakan kebebasan ini untuk membiarkan dirinya diperhamba oleh berbagai hawa nafsu kedagingan apa pun. Walaupun semua makanan dianggap halal, ia tidak akan pernah menjadi orang yang rakus atau pemabuk. Terlebih lagi, ia tidak akan pernah menyalahgunakan kebebasan yang halal ini untuk menyetujui dosa percabulan. Walaupun percabulan ini diperbolehkan oleh hukum orang Korintus, namun perbuatan ini merupakan pelanggaran terhadap hukum alam dan sama sekali tidak pantas bagi orang-orang Kristen. Ia tidak akan menyalahgunakan kebebasan tentang makan dan minum ini untuk mendorong keinginan makan dan minum secara berlebihan, atau untuk memper turutkan nafsu jasmaniah. “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan (ay. 13), walaupun perut diciptakan untuk menerima makanan, dan makanan ditentukan untuk mengisi perut, namun jika itu tidak cocok bagiku, terlebih lagi kalau hal itu akan menyusahkan dan kemungkinan besar dapat memperhamba diriku, atau jika hal itu membahayakan diriku untuk diperhambakan oleh perut dan nafsu makanku, maka lebih baik aku tidak makan dan minum. Tetapi keduanya akan dibinasakan Allah, setidaknya hubungan di antara makanan dan perut itu. Akan tiba waktunya tubuh manusia tidak membutuhkan asupan makanan lagi.” Beberapa tokoh dahulu kala berpendapat bahwa hal ini harus dipahami sebagai pemberakhiran fungsi perut dan juga makanan. Dan, walaupun tubuh yang sama akan dibangkitkan pada hari yang mulia itu, namun tidak bersama-sama dengan semua anggota tubuhnya. Beberapa anggota tubuh sama sekali tidak akan diperlukan lagi di kehidupan yang akan datang, seperti perut misalnya, saat orang tidak akan pernah merasa lapar, haus, dan tidak perlu makan atau minum lagi. Namun, apakah hal ini benar atau tidak, nanti akan tiba waktunya kebutuhan dan penggunaan makanan akan dihapuskan. Perhatikanlah, pengharapan bahwa kita akan memiliki tubuh tanpa keinginan-keinginan jasmaniah di kehidupan yang akan datang merupakan alasan yang sangat baik bagi kita untuk berdiri kuat supaya tidak berada di bawah kuasa keinginan-keinginan itu dalam kehidupan sekarang ini. Tampak bagi saya bahwa inilah maksud dari penjelasan rasul Paulus, dan jelas bahwa bagian ini berkaitan dengan peringatannya terhadap percabulan, walaupun ada beberapa orang yang mengaitkan bagian ini dengan bagian penjelasan sebelumnya mengenai gugatan perkara hukum, khususnya gugatan di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah dan musuh-musuh agama yang sejati. Mereka berpendapat, walaupun Rasul Paulus ingin menunjukkan bahwa sah-sah saja untuk menuntut hak kita, namun hal itu tidak selalu pantas, dan sama sekali tidak layak bagi orang-orang Kristen untuk mengajukan tuntutan untuk perkara-perkara sepele itu di bawah kuasa hakim-hakim, penasihat-penasihat hukum, dan pengacara-pengacara yang tidak mengenal Allah. Namun, tampaknya mengaitkan bagian ini dengan bagian mengenai masalah hukum itu tidaklah begitu wajar. Sangat jelas bahwa Paulus menggunakan penjelasan tentang tubuh dan makanan ini untuk beralih ke masalah percabulan: Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh (ay. 13). Makanan dan perut untuk masing-masing satu sama lain, namun tidak demikian halnya dengan percabulan dan tubuh.
- I. Tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan. Ini adalah alasan pertama yang digunakan Paulus terhadap dosa ini. Dosa ini yang memberikan nama buruk bagi penduduk Korintus yang tidak mengenal Allah, dan orang-orang Korintus yang telah bertobat dan percaya kepada Kekristenan tetap sangat menyukai dosa itu. Alasan Rasul Paulus ini menghalangi niat hati dan kebiasaan mereka. Tubuh bukanlah untuk percabulan. Tubuh tidak pernah diciptakan untuk maksud seperti itu, melainkan untuk Tuhan, untuk melayani dan mempermuliakan Allah. Tubuh harus menjadi alat kebenaran yang membawa kepada pengudusan (Rm. 6:19), dan itulah sebabnya tubuh tidak pernah boleh dijadikan alat kecemaran. Tubuh dimaksudkan untuk menjadi anggota tubuh Kristus, dan itulah sebabnya tubuh tidak boleh diserahkan kepada percabulan (ay. 15). Dan Tuhan untuk tubuh, artinya, seperti anggapan beberapa orang, Kristus harus menjadi Tuhan atas tubuh, memiliki hak dan kuasa atas tubuh itu, setelah Ia sendiri telah mengenakan tubuh jasmani dan turut mengambil bagian dalam kodrat kita, supaya Ia dapat menjadi Kepala dari jemaat-Nya dan Kepala dari segala yang ada (Ibr. 2:5, 18). Perhatikanlah, kita harus berhati-hati supaya jangan sampai menggunakan apa yang menjadi milik Kristus seolah-olah sebagai milik kita sendiri, apa lagi untuk mempermalukan Dia.
- II. Beberapa orang memahami ayat terakhir ini, Tuhan untuk tubuh sebagai berikut. Tuhan adalah untuk kebangkitan dan pemuliaan dari tubuh, sesuai dengan ayat 14 yang mengikutinya, yang menjadi alasan kedua melawan dosa ini. Kehormatan untuk dibangkitkan dan dimuliakan diberikan atas tubuh kita: Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya (ay. 14). Itu terjadi oleh kuasa-Nya yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya (Flp. 3:21). Adalah suatu kehormatan bagi tubuh bahwa Yesus Kristus dibangkitkan dari kematian, dan juga akan menjadi kehormatan bagi tubuh kita bahwa ia akan dibang kitkan. Jadi marilah kita jangan menyalahgunakan tubuh-tubuh itu dengan berbuat dosa dan menjadikannya hina. Jika tubuh-tubuh itu tetap dipertahankan kekudusannya, walaupun sekarang ada dalam keadaan hina, nanti akan dijadikan serupa dengan tubuh Kristus yang mulia. Harapan akan adanya kebangkitan menuju kemuliaan harus dapat mencegah orang-orang Kristen untuk tidak mencemarkan tubuh mereka dengan berbagai hawa nafsu kedagingan.
- III. Alasan ketiga adalah karena kehormatan itu sudah dikenakan di atas tubuh: Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? (ay. 15). Jika jiwa dipersatukan kepada Kristus melalui iman, maka manusia secara utuh menjadi anggota dari tubuh rohaniah-Nya. Dengan demikian, tubuh itu telah ada dalam persekutuan dengan Kristus, sama seperti jiwa. Betapa mulianya hal ini bagi orang-orang Kristen! Tubuh dagingnya sungguh menjadi bagian dari tubuh rohaniah Kristus. Perhatikanlah, sangatlah baik untuk mengetahui dalam hubungan terhormat seperti apa kita berada, supaya dengan begitu kita dapat berusaha keras untuk menjadi sesuai dengan hubungan itu. Karena itu Rasul Paulus melanjutkan, jadi akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! Atau, akankah kulenyapkan anggota-anggota Kristus? Kalau sampai hal ini terjadi, bukankah ini suatu pelanggaran yang teramat besar, teramat keji? Tidakkah itu akan teramat sangat mempermalukan Kristus dan mempermalukan diri kita sendiri sejadi-jadinya? Ya ampun, menyerahkan anggota Kristus menjadi anggota perempuan cabul, melacurkan mereka untuk maksud yang begitu rendah! Pemikiran semacam itu harus dibenci dan dijauhi. Sekali-kali tidak. Tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, Paulus berkata, keduanya akan menjadi satu daging. Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia (ay. 16-17). Tidak ada lagi yang dapat menghancurkan segala hubungan dan persekutuan terhormat dari seorang Kristen selain dosa percabulan ini. Orang Kristen mengikatkan dirinya pada Tuhan dalam persekutuan dengan Kristus, dan oleh iman menjadi bagian dari Roh-Nya. Roh hidup, bernafas, dan bergerak di dalam kepala dan anggota-anggota. Kristus dan murid-murid-Nya yang setia adalah satu (Yoh. 17:21-22). Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia, sebab keduanya akan menjadi satu daging, oleh persetubuhan, yang hanya dapat dilakukan dalam hubungan pernikahan, sesuai dengan ketetapan Allah. Nah, akankah seseorang yang telah bersatu sedemikian dekatnya dengan Kristus sehingga menjadi satu roh dengannya, terikat erat juga dengan perempuan cabul sehingga menjadi satu tubuh dengan dia? Bukankah menyatukan Kristus dengan percabulan merupakan suatu perbuatan yang keji? Masih adakah penghinaan yang lebih besar daripada yang dilakukannya ini terhadap diri sendiri dan kita semua? Masih adakah perbuatan lain lagi yang membuat kita tidak sejalan dengan pengakuan iman dan hubungan kita dengan Kristus? Perhatikanlah, dosa percabulan mendatangkan kerugian besar bagi kepala dan Tuhan seorang Kristen, serta mendatangkan kehinaan besar dan noda bagi pengakuan imannya. Oleh karena itu, tidak heran kalau Rasul Paulus berkata, “Jauhkanlah dirimu dari percabulan (ay. 18), hindarilah, jauhkan dirimu dari jangkauan godaan itu, dari hal-hal yang merangsang. Arahkan mata dan pikiranmu kepada hal-hal dan pikiran-pikiran lain.” Alia vitia pugnando, sola libido fugiendo vincitur – perbuatan-perbuatan buruk lain dapat dikalahkan dengan pertempuran, tetapi yang ini hanya dapat dikalahkan dengan cara melarikan diri, demikianlah nasihat dari banyak bapa-bapa gereja.
- IV. Alasan keempat adalah bahwa percabulan merupakan dosa terhadap tubuh kita sendiri. Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri (ay. 18). Setiap dosa, artinya, setiap dosa lain, setiap perbuatan dosa luar, dilakukan di luar dirinya. Perbuatan dosa luar demikian tidak terlampau banyak menyalahgunakan tubuh seperti sebagian dosa lainnya, seperti halnya anggur bagi seorang pemabuk, makanan bagi orang yang rakus, dan seterusnya. Dosa seperti itu juga tidak memberikan kuasa atas tubuh kepada orang lain, juga tidak terlampau mendatangkan cela dan membawa aib bagi tubuh. Secara khas dosa percabulan disebut kenajisan, pencemaran, karena tidak ada dosa yang mengandung begitu banyak kekejian luar di dalamnya, khususnya di dalam diri seorang Kristen. Ia berdosa terhadap tu buhnya sendiri. Ia mencemarkannya, ia merendahkannya, menjadikannya satu tubuh dengan makhluk keji yang dengannya ia berbuat dosa. Ia melontarkan kehinaan yang keji atas apa yang sangat dimuliakan oleh Sang Penebus dengan mengikatkannya menjadi satu dengan diri-Nya sendiri. Perhatikanlah, kita tidak boleh membuat tubuh kita yang hina ini menjadi semakin hina dengan cara berbuat dosa terhadapnya.
- V. Alasan kelima terhadap dosa percabulan ini adalah karena tubuh orang-orang Kristen merupakan bait Roh Kudus yang diam di dalam mereka, dan yang mereka peroleh dari Allah (ay. 19). Orang yang telah dipersatukan dengan Kristus, menjadi satu roh dengan Dia. Orang itu telah diserahkan kepada Kristus, dan dengan demikian telah dikuduskan dan dipisahkan untuk digunakan-Nya, sehingga dimiliki, ditempati, dan dihuni oleh Roh Kudus. Inilah gagasan yang tepat mengenai suatu bait suci, yaitu tempat Allah berdiam, kudus untuk digunakan-Nya, oleh pernyataan-Nya sendiri dan penyerahan diri makhluk-Nya. Bait orang-orang Kristen sejati semacam itu adalah milik Roh Kudus. Bukankah Roh Kudus itu Allah sendiri? Namun, kesimpulannya jelas bahwa karena itu kita tidak menjadi milik kita sendiri. Kita sudah menyerahkan diri kepada Allah, dimiliki dan dipakai oleh Allah, bahkan merupakan keuntungan dari pembelian yang telah dilakukan bagi kita, kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Singkatnya, tubuh kita diciptakan bagi Allah dan ditebus untuk Dia. Jika kita adalah orang-orang Kristen yang sejati, bila tubuh kita diserahkan kepada-Nya, dan Dia menempati dan mendiami tubuh kita oleh Roh-Nya. Dengan demikian, tubuh kita bukanlah milik kita sendiri, melainkan milik-Nya. Jadi, akankah kita menajiskan bait-Nya, mencemarkannya, melacurkannya, serta menyerahkannya untuk digunakan dan untuk melayani percabulan? Sungguh suatu bentuk pencemaran yang mengerikan! Ini berarti merampasi Allah habis-habisan. Perhatikanlah, bait Roh Kudus harus dijaga kesuciannya. Tubuh kita harus dipelihara sebagaimana adanya milik-Nya, sebagaimana yang pantas untuk digunakan dan didiami-Nya.
- VI. Rasul Paulus menunjukkan bahwa kita harus memuliakan Allah, baik dengan tubuh kita maupun dengan roh kita, yang adalah milik-Nya (ay. 20, KJV). Ia menciptakan tubuh dan roh kita, Ia menebus keduanya, dan itulah sebabnya keduanya menjadi milik-Nya, dan harus digunakan dan dipekerjakan untuk melayani Dia. Itulah sebabnya keduanya tidak boleh dicemari, dipisahkan dari Dia, dan dilacurkan oleh kita. Tidak, itu tidak boleh terjadi, tubuh dan roh harus dijaga sebagai perkakas yang layak digunakan oleh Tuhan kita. Kita harus memandang diri kita sebagai kudus bagi Tuhan, dan menggunakan tubuh kita sebagai milik yang menjadi hak-Nya, serta yang telah dikuduskan untuk digunakan dan untuk melayani Dia. Kita harus memuliakan Allah dengan tubuh dan roh kita, yang adalah milik-Nya. Itulah sebabnya, dengan penuh kepastian kita harus menjauhkan diri dari percabulan. Tidak saja dengan cara menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan percabulan yang nyata, tetapi juga dari perzinahan di dalam hati, seperti yang pernah disebut oleh Tuhan kita (Mat. 5:28). Tubuh dan roh harus dijaga kesuciannya, supaya Allah dapat dimuliakan oleh keduanya. Allah akan dihina ketika keduanya dicemarkan oleh dosa yang seperti binatang itu. Itulah sebabnya, jauhkanlah dirimu dari percabulan, bahkan dari setiap dosa. Gunakan tubuhmu untuk memuliakan dan melayani Tuhan dan Pencipta kita. Perhatikanlah, kita bukanlah pemilik dari diri kita, juga tidak memiliki kuasa atas diri kita sendiri. Karena itu, kita tidak boleh menggunakan diri kita sesuai keinginan dan kesenangan kita sendiri, tetapi harus sesuai dengan kehendak-Nya dan untuk kemuliaan-Nya. Dia yang memiliki kita, dan kepada-Nya kita harus menyembah (Kis. 27:23).
SH: 1Kor 6:1-11 - Persatuan, mahal harganya. (Senin, 25 Agustus 1997) Persatuan, mahal harganya.
Hidup dalam kebersamaan tidaklah mudah. Setiap orang memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda yang tidak mungkin disera...
Persatuan, mahal harganya.
Hidup dalam kebersamaan tidaklah mudah. Setiap orang memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda yang tidak mungkin diseragamkan. Penyelarasan hati dan kehendak bahkan jauh lebih sulit dibandingkan penyeragaman. Wajarlah bila dalam kehidupan bersama timbul pertentangan bahkan perselisihan. Malah semakin akrab, semakin mudah terjadi pertentangan, seperti halnya telur dalam keranjang lebih mudah retak karena saling bersinggungan. Sebab itu yang penting adalah bagaimana menundukkan diri kepada kasih Kristus.
Penyelesaian konflik secara Kristiani. Jika Paulus mengatakan bahwa orang-orang Kristen jangan pergi mencari keadilan pada pengadilan dunia, bukan berarti Paulus menyuruh mereka untuk tidak taat kepada peraturan negara. Tetapi Paulus menasihati mereka yang mempunyai masalah, bahwa saling mengampuni, mengalah, merendahkan diri, berlaku adil dan saling menghargai adalah lebih baik daripada pergi ke pengadilan.
Renungkan: Siapa yang akan dipermalukan bila orang dunia menyaksikan perkara pertikaian sesama Kristen di pengadilan?
Doa: Tuhan, ingatkan kami untuk rela berkorban demi mempertahankan kemuliaan kekal yang Kau sediakan bagi kami.
SH: 1Kor 6:1-9 - Menyelesaikan konflik internal (Senin, 8 September 2003) Menyelesaikan konflik internal
Menyelaraskan ide dalam sebuah komunitas ternyata tidak mudah.
Setiap orang akan berusaha mempertahankan pendapat...
Menyelesaikan konflik internal
Menyelaraskan ide dalam sebuah komunitas ternyata tidak mudah. Setiap orang akan berusaha mempertahankan pendapatnya bahkan dengan cara apa pun sehingga teman jadi lawan. Akibatnya pertentangan dan perselisihan terus menerus terjadi. Imbauan agar jemaat Tuhan saling mengasihi, saling merendahkan hati, saling tunduk dan hormat satu dengan lainnya, hanya angin lalu. Bahkan perselisihan ini bisa berujung di meja hijau karena saling menuduh dan saling merasa paling benar tidak terselesaikan.
Keadaan ini akhirnya membuat Paulus menegur jemaat yang menyelesaikan perselisihan di meja hijau atau pengadilan. Menurut Paulus, hal ini tidak akan terjadi seandainya masalah itu diselesaikan secara internal, seperti yang Tuhan Yesus ajarkan (lih. Mat. 18:15-17). Teguran Paulus ini didasarkan pada dua hal: [1] bahwa adanya masalah "perselisihan" dalam jemaat sebenarnya menunjukkan "kekalahan" karena jemaat Kristen tidak berhasil hidup dalam kasih dan pengampunan; [2] sikap merasa diri paling benar, membuat jemaat Kristen "rela" melakukan ketidakadilan dan merugikan orang lain. Teguran Paulus ini sebenarnya bukan mengajarkan jemaat untuk tidak percaya pada pengadilan dunia dan memberontak terhadap peraturan negara. Paulus menggarisbawahi bahwa saling mengampuni, menghargai, merendahkan diri, dan berlaku adil lebih baik daripada menyelesaikannya di meja pengadilan (bdk. Luk. 12:58).
Orang Kristen yang lebih memilih meja hijau dalam menyelesaikan masalah internal sebenarnya menunjukkan bahwa secara moral jemaat kalah. Ini merupakan tanda bahwa orang Kristen hanya bisa bicara tanpa dapat mengendalikan dirinya dan mengampuni saudaranya.
Renungkan: Perselisihan di antara orang Kristen hanya akan mendatangkan sikap tidak simpatik dan membuat orang semakin alergi terhadap kekristenan.
SH: 1Kor 6:1-8 - Menyelesaikan konflik (Sabtu, 20 Juni 2009) Menyelesaikan konflik
Konflik? Wajar! Ini memperlihatkan relasi yang riil. Bila suatu
relasi tak pernah mengalami konflik, jangan-jangan relasi ...
Menyelesaikan konflik
Konflik? Wajar! Ini memperlihatkan relasi yang riil. Bila suatu relasi tak pernah mengalami konflik, jangan-jangan relasi itu tidak pernah ada atau semu belaka. Jadi pertanyaannya bukan bagaimana membuat hubungan kita dengan sesama bebas konflik. Melainkan bagaimana menyelesaikan konflik dengan baik, menjunjung tinggi kemanusiaan, menghormati kebenaran dan memenangi semua pihak dengan kasih. Pertanyaan ini makin mendesak di kalangan Kristen masa kini. Konflik yang berkepanjangan dan yang "diselesaikan" dengan cara yang salah, ma-kin hari makin meluas bahkan menyeret orang Kristen juga.
Situasi yang disoroti Paulus adalah konflik yang sampai harus diselesaikan di pengadilan. Tidak jelas bagi kita konflik apa yang terjadi. Paulus hanya menyebut bahwa konflik itu menyangkut masalah keadilan. Jadi bisa saja penyebabnya mirip dengan yang sering terjadi kini. Misalnya soal warisan, hutang-piutang, atau ketidakjujuran dalam transaksi bisnis, dlsb. Masalah-masalah seperti itu tidak hanya terjadi di kalangan orang bukan Kristen. Di antara sesama orang Kristen pun sering terjadi. Lalu bagaimana sebaiknya mencari jalan keluar dari konflik seperti itu agar keadilan tetap ditegakkan, tetapi tidak perlu sampai ke pengadilan? Mengapa demikian? Karena ini tidak sesuai dengan kenyataan masa depan kita kelak. Orang Kristen akan diikutsertakan Allah dalam mengadili dunia ini. Maka bagaimana mungkin para partner Allah dalam menghakimi dunia kelak, malah mem-beri diri dihakimi oleh yang akan mereka hakimi. Jika orang Kristen mencari keadilan dari orang yang tidak beriman, mereka mempermalukan Tuhan dan menyangkali prospek mulia mereka kelak. Terkait dengan itu, Paulus mengingatkan bahwa dalam diri orang Kristen harus ada kesediaan mengalah dan berkorban. Ini prinsip penting. Kita mengalami sendiri bahwa sering kali konflik selesai dengan mudah, bila ada salah satu pihak yang berinisiatif lebih dulu mengalah, berkorban, mengampuni, mempraktikkan kasih Kristus.
Seperti Kristus membenarkan kita dengan kasih-Nya yang berkorban, kita pun baiknya menyelesaikan konflik dengan prinsip yang sama.
SH: 1Kor 6:1-11 - Ingat kesaksian kita (Sabtu, 27 April 2013) Ingat kesaksian kita
Ada sebuah gedung gereja yang digunakan untuk beribadah oleh dua kelompok dari denominasi yang berbeda. Sering kali kedua kelomp...
Ingat kesaksian kita
Ada sebuah gedung gereja yang digunakan untuk beribadah oleh dua kelompok dari denominasi yang berbeda. Sering kali kedua kelompok itu bertikai mengenai penggunaan gedung. Penjaga gedung sampai turun tangan untuk mendamaikan mereka. Yang ironis, sang penjaga berbeda iman dari kedua kelompok itu.
Tampaknya Paulus menganggap bahwa pertikaian di antara dua anggota jemaat tidak perlu sampai dibawa ke pengadilan umum, karena hakim yang bertugas di situ bukan orang beriman (1). Maka sungguh memalukan bila orang percaya minta didamaikan oleh orang yang tidak percaya. Dengan mendatangi hakim di pengadilan dunia untuk memecahkan masalah di dalam jemaat, itu sama saja dengan mengatakan bahwa tidak ada orang yang cukup berhikmat dan berotoritas untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Bahkan adanya pertikaian di antara mereka saja sudah merupakan suatu hal yang memalukan. Menurut Paulus, adalah lebih baik bila mereka menderita kekalahan daripada harus bertikai dan saling membalas dengan cara-cara yang sama sekali tidak kristiani. Padahal suatu saat Allah akan mendelegasikan otoritas untuk menghakimi orang yang tidak beriman kepada orang beriman (2). Bila demikian besar otoritas yang akan diterima oleh orang beriman maka sudah seharusnya orang beriman punya kompetensi untuk menyelesaikan permasalahan internal. Lagi pula orang beriman dapat meminta hikmat dari Roh Kudus bila memerlukannya (Yoh. 14:26).
Dari kritik Paulus, tampak bahwa jemaat Korintus tidak memahami identitas mereka selaku orang percaya yang harus memberikan kesaksian yang benar kepada dunia ini. Maka selaku orang percaya, kiranya kita tidak sampai pergi ke pengadilan dunia untuk memecahkan masalah di antara jemaat. Kalaupun masalah di antara jemaat butuh seorang pendamai atau penengah, carilah seorang Kristen atau hamba Tuhan yang berhikmat dan berotoritas. Lebih dari itu, sebagai orang Kristen marilah kita belajar untuk saling memberi, bukan hanya berusaha memanfaatkan sesama.
SH: 1Kor 6:1-11 - Carilah Keadilan Allah (Minggu, 14 April 2019) Carilah Keadilan Allah
Ke manakah kita mencari keadilan? Masih adakah keadilan di dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini masih relevan di tenga...
Carilah Keadilan Allah
Ke manakah kita mencari keadilan? Masih adakah keadilan di dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini masih relevan di tengah dunia yang penuh ketidakadilan. Bahkan di pengadilan, kita begitu sulit mendapatkan keadilan.
Dalam 1 Korintus 6:1-11, kita menemukan upaya jemaat Korintus dalam mencari keadilan. Khususnya, ketika ada masalah di dalam hubungan antarumat. Permasalahannya, mereka tidak menyelesaikan perkara tersebut secara internal. Mereka malah membawa kasusnya ke pengadilan sekuler. Bagi rasul Paulus, ini merupakan kesalahan fatal. Seharusnya, orang Kristenlah yang menjadi hakim atas dunia ini, bahkan atas malaikat-malaikat (bdk. Yoh. 5:22; Why. 3:21; 2Pet. 2:4 dan Yud. 6)
Ada beberapa alasan mendasar mengapa Paulus melarang jemaat membawa masalah mereka ke pengadilan sekuler. Pertama, hakim di pengadilan sekuler akan mengabaikan nilai-nilai Kristen dalam mengambil keputusan. Kedua, umumnya orang datang ke pengadilan dimotivasi oleh balas dendam. Ini tidak boleh dilakukan oleh orang Kristen. Ketiga, membawa perkara saudara seiman ke pengadilan sekuler akan merusak kesaksian gereja Tuhan.
Dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, ada kalanya kita menderita ketidakadilan. Misalnya, kita dicurangi sistem atau hak kita dirampas dengan semena-mena. Namun, kita diingatkan bahwa lebih baik menderita ketidakadilan daripada harus mempermalukan nama Tuhan dengan mencari keadilan dari orang-orang yang tidak percaya.
Oleh karena itu, marilah kita arif dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan-persoalan jemaat secara internal. Namun kalau pun akhirnya kita mendapat ketidakadilan, mari tetap hidup dalam takut akan Tuhan. Kita harus tetap memilih untuk memuliakan Tuhan. Keadilan Allah masih ada dan berlaku bagi kita. Sebab pada akhirnya, keadilan Allah pasti akan nyata seperti fajar di pagi hari.
Doa: Ya Tuhan, tunjukkanlah keadilan-Mu bagi kami di tengah dunia yang penuh kabut ketidakadilan ini. [AB]
SH: 1Kor 6:9-20 - Tubuh untuk kemuliaan Tuhan (Selasa, 9 September 2003) Tubuh untuk kemuliaan Tuhan
Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa dahulu mereka memang
berdosa, tetapi sekarang mereka telah dikuduskan dan...
Tubuh untuk kemuliaan Tuhan
Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa dahulu mereka memang berdosa, tetapi sekarang mereka telah dikuduskan dan dibenarkan dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Konsekuensi dari perubahan status itu adalah: [1] mereka harus meninggalkan dosa-dosanya yang dahulu; [2] mereka tidak lagi bebas melakukan segala hal yang dilakukan oleh komunitas di luar kekristenan. Standar yang baru ini bukan mempermasalahkan halal atau haram, tetapi apakah yang mereka lakukan itu berguna bagi dirinya dan memuliakan Tuhan (ayat 20)? Peringatan ini diberikan agar kita tidak memberikan diri untuk diperhamba oleh apa pun.
Yesus Kristus telah mati untuk menebus orang-orang yang percaya kepada-Nya secara utuh. Itu sebabnya orang percaya tidak dapat menyerahkan tubuh -- yang sudah menjadi milik Kristus -- kepada percabulan. Ada kecenderungan dalam pemikiran jemaat bahwa dorongan seksual itu dapat disamakan dengan keinginan untuk makan. Jadi jika dorongan untuk makan dituruti, seperti itu pulalah aktivitas seks. Masalahnya, jika dorongan seksual itu dituruti, kemungkinan bisa diikuti oleh percabulan. Percabulan bukanlah semata-mata hubungan fisik, namun juga melibatkan penyerahan diri secara total. Seluruh tubuh dan jiwa yang sudah menjadi milik Kristus menjadi milik dosa karena sudah diikat atau dijadikan satu dengan pelacur.
Ketaatan kepada peraturan seringkali dianggap sebagai "belenggu" yang membatasi dan mengekang gerak langkah kita. Namun sebenarnya dengan mengekang tubuh dari dosa percabulan, kita justru dibebaskan dari perhambaan seks. Hasilnya adalah pembebasan tubuh dari perbudakan dosa. Dengan tubuh yang bebas, kita dapat menggunakannya untuk memuliakan Tuhan.
Renungkan: Tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Selayaknya kita mengabdikan seluruh tubuh kita untuk memuliakan Tuhan.
SH: 1Kor 6:9-11 - Dosa sebagai masa lalu (Sabtu, 16 Mei 2009) Dosa sebagai masa lalu
Sebagian orang memiliki masa lalu yang manis dan indah, sementara
orang lain memiliki masa lalu yang getir dan buruk. Yan...
Dosa sebagai masa lalu
Sebagian orang memiliki masa lalu yang manis dan indah, sementara orang lain memiliki masa lalu yang getir dan buruk. Yang mana masa lalu Anda?
Jika dilihat dari sudut pandang Allah, kita semua memiliki masa lalu yang teramat pekat. Namun Anda akan segera memprotes. Bagaimana dengan orang yang tak pernah berbuat dosa seperti yang dilakukan orang yang perilakunya biadab mirip binatang? Mereka baik, sopan, rajin beribadah, tekun beramal, tidak mencuri, tidak menipu, tidak memperkosa. Tidakkah hidup demikian relatif baik, indah dan dapat menjadi teladan? Sayang kita terjebak penilaian dunia ini. Menurut penilaian Alkitab, dosa seperti kikir atau memfitnah saja bisa membuat orang tidak dapat mewarisi Kerajaan Allah. Semua orang sudah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Maka termasuk masa lalu terpuji seperti sikap fanatik Paulus pun, dalam penilaian baru Paulus tidak lebih seumpama sampah (harfiah: kotoran binatang -- Flp. 3:8b).
Masa lalu yang terpuji di mata manusia sekali pun telah cemar oleh egoisme, kesombongan, pembenaran diri. Itulah maksud firman yang mengatakan bahwa yang lama sudah berlalu, yang baru sudah terbit (ayat 2Kor. 5:17). Sebab itu kita tidak lagi menilai sesama orang beriman menurut kenyataan masa lalunya (entah baik atau tidak), tetapi dari fakta yang Kristus sudah perhitungkan kepada dia (ayat 2Kor. 5:16).
Seluruh hidup kita adalah milik Kristus. Kristus sudah menebus kita menjadi milik-Nya selamanya. Seluruh segi diri kita, roh, jiwa, tubuh; seluruh ruang dalam diri kita; seluruhnya, sepenuhnya dicintai-Nya dan ingin diisi oleh-Nya saja. Oleh karena karya Roh Kudus di dalam hati kita, kita merespons kasih Kristus. Kita memberi diri diampuni, diselamatkan, disucikan, dikuduskan, dibenarkan-Nya. Akibatnya dosa dan kehidupan lalu sudah berlalu. Dosa bukan lagi kodrat orang milik Kristus. Dosa adalah cerita lama, lembaran lama. Kini kita dipandang sebagai orang baru, dan sedang terus menerus diperbarui-Nya. Maka mengapa berdosa lagi? Bila dosa bukan sifat kita lagi, ia tidak harus menjadi realitas kita. Jika Kristus sudah memasukkan kita ke masa baru-Nya, mengapa masih hidup seolah di masa lalu?
SH: 1Kor 6:12-20 - Kebebasan yang membelenggu. (Selasa, 26 Agustus 1997) Kebebasan yang membelenggu.
Kebebasan moral yang menganjurkan orang untuk memenuhi segala keinginan tubuh, telah demikian kuat mempengaruhi jemaat Ko...
Kebebasan yang membelenggu.
Kebebasan moral yang menganjurkan orang untuk memenuhi segala keinginan tubuh, telah demikian kuat mempengaruhi jemaat Korintus. Gaya hidup mereka adalah gaya hidup "aji mumpung" sebab itulah yang menurut mereka "menikmati hidup". Mereka berpikir bahwa seperti halnya keinginan makan dituruti dengan tindakan makan, demikian juga dorongan seks bisa saja diikuti dengan percabulan. Namun Kristen tidak boleh hidup dalam pola perbudakan terhadap apa pun, sebab tubuh kita adalah milik Kristus.
"Belenggu" kebebasan. Ketaatan pada aturan yang membuat orang menundukkan tubuhnya ke dalam disiplin kebenaran sering dianggap sebagai belenggu. Namun "belenggu" demikian justru adalah aturan main di dalam mana kita boleh mengembangkan sebebas dan sepenuh mungkin segala karunia yang Tuhan telah berikan dalam hidup ini. Melakukan yang benar sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan, bukanlah perbudakan tetapi kebebasan dan kebertanggungjawaban. Memuliakan Allah dengan tubuh memang kadang harus terjadi dengan berperang. Hanya orang yang menang perang yang benar merdeka.
Renungkan: Bagaimana bebas bila hati nurani tertuduh?
SH: 1Kor 6:12-20 - Penguasaan diri (Sabtu, 23 Mei 2009) Penguasaan diri
Penguasaan diri makin sulit ditemukan pada zaman ini. Orang Kristen
pun banyak yang setir dan rem kehidupannya sudah melenceng d...
Penguasaan diri
Penguasaan diri makin sulit ditemukan pada zaman ini. Orang Kristen pun banyak yang setir dan rem kehidupannya sudah melenceng dan "blong." Mengapa? Sebab moto hidup ke-banyakan orang zaman ini ada-lah, nikmati apa yang tersedia, turuti apa yang kau inginkan.
Tuhan Yesus berkata: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (
Paulus menyoroti dua hal yang tentangnya kita paling mudah lepas kendali. Makanan dan seks. Bisa kita tambahkan dalam konteks kini: belanja, hiburan, dan semacam itu. Makan dan seks adalah kebutuhan tubuh. Keduanya berbentuk hasrat atau dorongan kuat yang dalam kondisi tubuh tertentu bisa sangat kuat dan mendesak agar dipuas-kan. Celakanya orang di Korintus beranggapan bahwa seperti halnya rasa lapar mendorong orang cari makan, munculnya hasrat seks pun membuat orang dapat dibenarkan untuk mencari pemuxasan juga. Dalam kasus di Korintus, mereka bisa pergi ke ritual di kuil-kuil berhala Yunani yang menyediakan pelacur bakti. Paulus menolak cara berpikir demikian. Selain perut tidak identik dengan seks, keduanya harus tunduk pada Tuhan yang menciptakan hasrat badani dengan mak-sud dan aturan masing-masing.
Bagaimana kita bisa belajar menguasai diri? Pertama, ingat meski semuanya ok, tetapi tidak semuanya berguna. Kedua, meski ok, tetapi kita tidak boleh mengijinkan hasrat dan kebutuhan memperbudak kita. Mengapa? Karena kita milik Tuhan. Seluruh hasrat badani kita harus seirama hasrat rohani kita, yaitu mengalami kendali Tuhan yang memberi arti dan memuliakan tubuh.
SH: 1Kor 6:12-20 - Tentang makanan (Sabtu, 8 Agustus 2009) Tentang makanan
Saya senang acara wisata kuliner di tv. Juga acara yang
memperlihatkan bagaimana sesudah berwisata mencicipi makanan
terten...
Tentang makanan
Saya senang acara wisata kuliner di tv. Juga acara yang memperlihatkan bagaimana sesudah berwisata mencicipi makanan tertentu, si pemandu acara memperlihatkan bagaimana ia memasak makanan tersebut. Terkadang saya berangan ingin mengunjungi resto tertentu atau mencoba makanan ini dan itu.
Makanan ternyata bukan hanya soal mengisi "kampung tengah," seperti yang biasa disebut oleh salah satu suku di Indonesia ini. Tapi makanan juga menyangkut seni - baik dari cara memasaknya, cara menghidangkannya, sampai ke gaya menikmatinya. Juga menyangkut gengsi - makanya ada banyak restoran dengan cita rasa tinggi. Semakin maju suatu peradaban, semakin berkembang juga budaya kuliner ini. Kota seperti Korintus tentunya tak kurang pilihan menyediakan berbagai makanan yang mampu menarik lirikan mata, mengaktifkan kelenjar liur, siap membuat lidah bergoyang dan perut berdendang. Dan tentunya rangsangan makanan pun turut menjadi masalah iman juga. Sebab, bagaimana kita menempatkan arti makanan dan bagaimana kita membelanjakan uang untuk makanan, adalah ungkapan dari apa yang kita pandang penting dalam hidup ini.
Meski ada masalah halal-haram (daging di Korintus berasal dari kuil penyembahan berhala), inti masalah yang kini perlu kita renungkan adalah benar-salah dalam pola makan kita. Jika kita mulai berlebihan memikirkan apa yang ingin kita makan, bila kita mulai makan berlebihan, bila kita lupa orang yang tak dapat makan waktu kita asik makan, nah, kita mulai bermasalah di soal makanan! Memang di kota-kota besar Indonesia, masalah seperti di negara maju mulai terasa. Coba lihat anak-anak di tv, ada banyak yang berbadan terlalu subur alias mengalami obesitas. Padahal di banyak bagian lain di negara kita, ada banyak anak dan orang dewasa yang terancam maut karena kurang makan.
Agar tercegah dari dosa soal makanan ada dua prinsip. Pertama, jangan diperhamba oleh makanan. Ingat makanan adalah untuk menunjang hidup, bukan hidup untuk makan! Kedua, buat prioritas yang benar dalam memilih makanan. Gunakan uang untuk sesuatu yang membangun orang lain dan kerajaan Allah.
SH: 1Kor 6:12-20 - Menaklukkan keinginan sex (Sabtu, 15 Agustus 2009) Menaklukkan keinginan sex
Siapakah penakluk gunung tertinggi di dunia? Pemanjat tebing yang
perkasa tentunya. Siapakah penakluk dunia? Pasti, ra...
Menaklukkan keinginan sex
Siapakah penakluk gunung tertinggi di dunia? Pemanjat tebing yang perkasa tentunya. Siapakah penakluk dunia? Pasti, raja yang bijaksana dan perkasa. Siapa penakluk mereka yang perkasa? Perempuan cantik yang mungil dan genit. Ada raja perkasa di jaman kerajaan Romawi tewas di tangan wanita berparas elok hanya dengan sebilah belati kecil di kamar tidur raja, bukan di medan perang. Presiden direktur, bapak yang baik, dan suami yang baik-baik, akhirnya ditaklukkan oleh gadis muda belia dengan pikiran sederhana, tetapi mempunyai kekuatan seks.
Apakah Tuhan menciptakan seks untuk mengacaukan rumah tangga manusia? Atau untuk menghancurkan dunia? Jawabannya adalah "TIDAK".
Kejadian 1 dan 2 mencatat bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sungguh amat baik. Allah sendiri mengatakan "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja" (Kej. 2:18).
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan memiliki keinginan yang datang dari dirinya sendiri, khususnya keinginan seks. Setiap orang bergumul dengan keinginan ini. Kalau keinginan ini tidak ditaklukkan akan melahirkan dosa yang merusak relasi kita dengan Allah (band. Yak. 1:14-15).
Bagaimana menaklukkan keinginan seks? Ingatlah, seks adalah anugerah Tuhan, pemberian Allah. Seks bukan milik pribadi untuk memuaskan egoisme sebab tubuh kita (seks) sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus (ayat 1Kor. 6:20). Keindahan seks tidak bisa didapat dengan merebutnya dari seseorang. Justru kenikmatan seks dialami saat seseorang melepaskan haknya yaitu memberi diri untuk pasangan hidup-nya (band. 1Kor. 9:12,15). Keduanya menikmati kebesaran Tuhan dalam karya penciptaan, dalam persekutuan dengan-Nya (Kej. 1:26) dan dalam karya prokreasi ("beranakcuculah"- Kej. 1:28).
Dengan demikian suami isteri -berdua- dapat mengucapkan terima kasih kepada Tuhan saat menikmati seks. Hal ini tak dapat dilakukan oleh para pelaku "sex after lunch" yang hanya memuaskan keinginan seks sesaat.
Maka taklukkan keinginan seks "liar" semacam itu sekarang juga! Sebelum ditaklukkan olehnya, dan sebelum kehancuran datang menyerbu diri kita, pasangan hidup, dan keluarga kita.
SH: 1Kor 6:12-20 - Bait Roh Kudus (Senin, 29 April 2013) Bait Roh Kudus
Biasanya kita akan berpikir soal salah dan benar ketika mempertimbangkan akan melakukan sesuatu. Itulah yang disebut legalitas.
Namun...
Bait Roh Kudus
Biasanya kita akan berpikir soal salah dan benar ketika mempertimbangkan akan melakukan sesuatu. Itulah yang disebut legalitas.
Namun menurut Paulus, legalitas bukanlah satu-satunya pertimbangan dalam bertindak, harus dipertimbangkan juga apakah tindakan tersebut berguna (12). Ingatlah bahwa kebebasan kita bukan hanya untuk diri kita sendiri saja, melainkan juga untuk orang lain. Maka sepatutnya kita memikirkan juga apakah tindakan kita bermanfaat atau malah berdampak buruk bagi orang lain. Selain itu, kita juga harus mempertimbangkan apakah kita akan diperhamba oleh tindakan itu. Karena sudah seharusnya Allah saja yang mengontrol segala tindakan kita, termasuk dalam hal seks.
Melihat latar belakang penduduk Korintus secara umum, mungkin saja jemaat Korintus juga menganggap bahwa seks di luar pernikahan merupakan hal yang bisa. Ini dapat kita lihat dari pasal 5, mereka tidak menegur orang yang melakukan dosa seks. Namun Paulus menegaskan bahwa seks berbeda dari makanan. Makanan, meski bersangkut paut dengan tubuh, mungkin saja tidak ada signifikansinya dengan iman, asal jangan rakus tentunya. Tidak demikian dengan seks. Perilaku seksual berkaitan erat dengan moral dan kekudusan. Seks di luar nikah mungkin saja menarik, tetapi dosa seks berpengaruh bagi tubuh dan dapat menghancurkan moralitas dan kerohanian kita.
Maka kita harus mengingat bahwa tubuh kita adalah anggota Kristus (15), sebab itu jangan pernah digunakan untuk aktivitas seksual yang tidak semestinya baik itu zina, prostitusi, perilaku seksual menyimpang, dan lain-lain. Tubuh adalah bait Roh Kudus, tempat yang kudus bagi Allah, maka seharusnya tubuh kita bersih dari perilaku seks yang amoral. Jika benar kita dipenuhi Roh, itu akan terlihat dari perilaku seksual kita. Jika kita bersikap amoral dalam hal seksual, berarti kita telah menajiskan bait Roh Kudus. Jika kita diperhadapkan pada dosa seksual, teladanilah Yusuf yang berani melarikan diri dari dosa itu meski harga yang harus dibayar untuk itu sangat besar.
SH: 1Kor 6:12-20 - Stop Percabulan! (Senin, 15 April 2019) Stop Percabulan!
Percabulan adalah hubungan seksual secara sukarela di luar perkawinan. Kata sukarela ini mempunyai makna ganda. Pada satu sisi, isti...
Stop Percabulan!
Percabulan adalah hubungan seksual secara sukarela di luar perkawinan. Kata sukarela ini mempunyai makna ganda. Pada satu sisi, istilah ini bisa dimaknai sebagai sebuah kebebasan. Pada sisi lain, bisa juga dipahami sebagai sebuah tantangan akan kesadaran diri tentang bagaimana kita memandang tubuh, pemberian Tuhan.
Paulus menegaskan bahwa tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan (13). Paulus juga melontarkan pertanyaan kritis kepada jemaat di Korintus sebagai refleksi. ”Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkan kepada percabulan? Sekali-kali tidak! (15). Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: ’Keduanya akan menjadi satu daging.’(16). Maka jauhkanlah dirimu dari dosa percabulan! (18). Muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (20).”
Bagaimana cara menjauhi dosa percabulan? Pertama, selalu ingat dan sadar bahwa tubuh kita adalah milik Tuhan, bukan milik sendiri. Tubuh kita adalah anggota Kristus dan bait Roh Kudus. Kedua, menjauhi segala bentuk percabulan. Kita tak akan pernah bisa menang melawan godaan dosa percabulan selain menyingkir darinya. Menghindari dan menjauhi adalah langkah terbaik yang dapat kita lakukan. Ketiga, muliakan Allah melalui tubuhmu. Saat mengikatkan diri kepada-Nya, kita menjadi satu roh dengan Dia. Akibatnya, kerinduan kita adalah memuliakan-Nya dengan segala keberadaan kita, termasuk lewat tubuh.
Peringatan mengenai percabulan juga ditujukan kepada kita pada zaman ini. Dosa percabulan merusak diri. Dosa ini akan merusak persekutuan kita dan Allah. Sebab itu, kita harus memilih, bersekutu dengan Allah atau membiarkan tubuh kita dikuasai dosa percabulan. Kita tak bisa menghidupi keduanya.
Doa: Tuhan, bawalah kami selalu mendekat pada-Mu dalam persekutuan dengan Roh-Mu yang kudus dan meninggalkan dosa. [SA]
Utley: 1Kor 6:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:1-61 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:1-6
1 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? 2 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? 3 Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari. 4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat? 5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara- perkara dari saudara-saudaranya? 6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?
- NASB "suatu kasus"
- NKJV "suatu hal"
- NRSV "suatu keluhan"
- TEV "berselisih"
- NJB "suatu keluhan"
Ini digunakan dalam papirus bahasa Yunani Koine yang ditemukan di Mesir untuk (1) "suatu tindakan" atau "suatu perbuatan", (2) "suatu gugatan"; (3) "masalah" atau "kesulitan"; (4) "bisnis" atau "perdagangan" (lih. Moulton dan Milligan, Kosakata dari Perjanjian Baru Yunani, hal 532). Nomor dua paling cocok dengan konteks ini. Kita tahu dari dokumen Athena bahwa orang Yunani secara kultural cenderung suka berperkara. Hal yang sama, sampai batas tertentu, berlaku untuk orang Romawi. Korintus pada zaman Paulus bukanlah orang Yunani, tetapi Romawi (lihat Bruce W. Winter, Setelah Paulus meninggalkan Korintus, Eerdmans, 2001).
- NASB, "sesamanya"
- NKJV, NRSV,
- NJB "orang lain"
- TEV "orang Kristen lainnya"
Ini secara harfiah adalah heteros(lih. 1Kor 10:24; 14:17; Gal 6:4). Dalam bahasa Yunani klasik ada perbedaan antara alla(yaitu lain dari jenis yang sama) dan heteros(yaitu, yang lain dari jenis yang berbeda). Perbedaan ini dalam bahasa Yunani Koine (seperti halnya banyak dari perbedaan dan penggunaan tata bahasa Yunani Klasik) memudar. Konteks ini adalah contoh yang baik. Penggunaan heteros di sini, yang mengacu pada sesama orang percaya, adalah sejajar dengan Rom 13:8. Dalam Rom 2:1 istilah ini memiliki makna yang lebih luas, mungkin tetangga, sesama warga negara, atau orang Yahudi. Penentu secara kontekstual untuk konotasi dalam ayat ini adalah frasa "di hadapan orang-orang kudus." Seorang sesama yang terhilang mungkin akan tidak setuju untuk menghadap pengadilan gereja (lih. Mat 18:17; Yak 2:1-4) dalam suatu perselisihan dengan orang beriman.
Sangatlah mungkin bahwa Paulus memiliki perbedaan dua tingkat. Adalah suatu masalah bagi seorang percaya yang melawan orang kafir untuk pergi menghadap pengadilan kafir. Bahkan lebih buruk bagi seorang percaya untuk mengajukan orang percaya lain ke hadapan pengadilan kafir. Saya lebih suka penafsiran bahwa "sesama" dalam ayat 1Kor 6:1 juga berarti "mitra perjanjian" atau "sesama orang percaya."
□ "berani" Istilah Yunani ini (yaitu, tolmaō) digunakan beberapa kali dalam surat-surat Korintus dalam arti "untuk menganggap" atau "untuk menjamin keberanian" (lih. 1Kor 6:1; 2Kor 6:2; dan Rom 5:7; 15:15,18;Yud 1:9).
- NASB, NKJV "mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar,"
- NRSV "untuk membawanya ke pengadilan di hadapan orang tidak benar"
- TEV "pergi ke hadapan hakim kafir"
- NJB "untuk mencari pertimbangan dari orang-orang berdosa"
Paulus tidak khawatir tentang orang percaya yang akan diperlakukan tidak adil, tapi tentang mengungkapkan masalah-masalah Orang Kristen di hadapan orang-orang kafir. Roh adalah kunci untuk hubungan antar pribadi di dalam gereja, bukannya hukum kafir. Penginjilan adalah lebih penting daripada keadilan pribadi!
1Kor 6:2 "tidak tahukah kamu," Lihat catatan pada 1Kor 5:6.
□ "orang-orang kudus" Kata "Orang Kudus" (hogioi) berasal dari istilah PL "kudus," (kadosh) yang berarti "dipisahkan untuk pelayanan Allah" (lih. Kel 19:6; Ul 7:6; 1Kor 1:2; 2Kor 1:1; Rom 1:1; Ef 1:1; Fil 1Kor 1:1; Kol 1:2). Istilah ini selalu JAMAK dalam PB kecuali satu kali di Filipi (1Kor 4:21), tetapi bahkan di sana, digunakan untuk kebersamaan. Diselamatkan adalah menjadi bagian dari komunitas perjanjian iman, keluarga orang percaya. Lihat Topik Khusus: Orang Kudus pada 1Kor 1:2.
Umat Allah adalah kudus karena kebenaran yang diperhitungkan oleh Yesus (yaitu, pernyataan INDICATIVE, lih. Rom 4; 2Kor 5:21). Adalah kehendak Allah bahwa mereka hidup kudus (yaitu, perintah IMPERATIVE, lih. Ef 1:4; 4:1; 5:27; Kol 1:22; 3:12). Orang-orang percaya dinyatakan kudus (pengudusan posisional) dan juga dipanggil untuk kekudusan gaya hidup (pengudusan progresif). Pembenaran dan pengudusan harus dipegang bersama-sama! Lihat Topik Khusus: Pengudusan di 1Kor 1:2.
□ "akan menghakimi dunia" Meskipun Yesus telah menyebutkan secara khusus bahwa para Rasul akan bertindak sebagai hakim, perpanjangan logis dari kebenaran itu adalah bahwa orang-orang kudus juga akan menghakimi (lih. Dan 7:22,27; Mat 19:28, Luk 22:28-30, Wahy 2:26; 3:21; 20:4). Kapan dan bagaimananya adalah pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
□ "Jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang mengasumsikan bahwa orang-orang kudus akan berpartisipasi sebagai hakim di akhir zaman peristiwa.
- NASB, "tidakkah kamu sanggup untuk membentuk pengadilan yang terkecil"
- NKJV "tidakkah kamu layak untuk menghakimi hal-hal yang terkecil"
- NRSV "tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti"
- TEV "tidakkah kamu mampu menghakimi hal-hal kecil"
- NJB "tidakkah kamu sanggup untuk kasus-kasus kecil"
Ini adalah sarkasme yang menggigit yang diarahkan kepada mereka yang mengaku memiliki hikmat yang unggul! Istilah yang sama ini (yaitu, anaxios) digunakan untuk perilaku yang tidak tepat dari gereja-gereja Korintus pada Perjamuan Tuhan (lih. 1Kor 11:27,29). Orang percaya yang tidak dewasa, yang mengaku begitu banyak memiliki wawasan rohani yang khusus ini, pada kenyataannya tidak tahu bagaimana untuk mengevaluasi dengan benar atau bertindak secara benar!
Istilah "terkecil" adalah bentuk superlatif dari mikros. Paulus menggunakan kata ini sebelumnya di dalam 1Kor 4:3. Penggunaannya mempertinggi sarkasme tersebut.
1Kor 6:3 "Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat" Tata bahasa ini mengharapkan jawaban"ya." Orang percaya merupakan tatanan rohani yang lebih tinggi daripada malaikat. Sulitlah bagi orang percaya, yang terjebak dalam dunia yang jatuh ini, untuk menyadari status kerohanian kita yang sebenarnya (lih. 1Kor 13:12). Malaikat diciptakan sebagai hamba Allah dan hamba manusia yang ditebus (lih. Ibr 1:14). Umat manusialah yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (lih. Kej 1:26-27), bukan malaikat. Untuk umat manusialah Yesus memberikan nyawa-Nya, bukan untuk malaikat (lih. Ibr 2:14-16). Orang-orang percaya suatu hari nanti akan menghakimi para malaikat (yaitu, para malaikat pemberontak, lih. Kej 6; Mat 25:41; 2Pet 2:4-9; Yud 1:6 atau semua malaikat sebagai suatu metafora tentang dominasi universal, Dan 7:22,27).
Menurut teologia kerabbian para malaikat selalu cemburu pada kasih, pemeliharaan, dan penyediaan Allah untuk kemanusiaan yang jatuh. Literatur apokaliptik Yahudi bahkan menegaskan bahwa pemberontakan Setan itu berhubungan dengan perintah Allah untuk melayani ras Adam.
□ "Jadi apa lagi" Ini mencerminkan sebuah ENKLITIC PARTICLE yang kuat (yaitu, ge), yang digunakan untuk menunjukkan penekanan (lih. karya Moulton Leksikon Analitis, Edisi Revisi, hal. 75). Kontras yang sinis jelas terlihat.
1Kor 6:4 "jika" Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL, yang berarti tindakan potensial.
□ "kamu menyerahkan" Ada beberapa kemungkinan cara menerjemahkan frasa ini. Teori-teorinya adalah
- 1. INDICATIVE (sebuah pernyataan), "kamu mempersiapkan"
- 2. INTEROGATIVE (pertanyaan), "apakah kamu mempersiapkan?"
- 3. EXCLAMATION (lih. NJB, NIV), "kamu mempersiapkan!"
- 4. IMPERATIVE (perintah), "persiapkanlah"
Intinya adalah bahwa paling tidak orang Kristen harus dapat menghakimi hal-hal duniawi yang sederhana dan biasa. Mencoba untuk lebih banyak menjelaskan pilihannya, ada dua cara untuk melihat naskah ini: (1) ini merujuk pada hakim-hakim kafir atau (2) ini merujuk pada anggota yang paling tidak berarti dari jemaat. Jika demikian, ini adalah kelanjutan dari sarkasme.
- NASB, NJB "yang tidak diperhitungkan"
- NKJV "mereka yang tidak berarti"
- NRSV, TEV "mereka yang tidak memiliki kedudukan"
Istilah ini (yaitu, exoutheneō, PERFECT PASSIVE PARTICIPLE) digunakan oleh Paulus dalam 1Kor 1:28 untuk menunjukkan bahwa Allah menggunakan "hal-hal yang rendah," "orang hina," "hal-hal yang tidak berarti" untuk memalukan hikmat dunia sehingga Tuhan sendiri yang akan menerima kemuliaan. Di sini tampaknya ini menyiratkan orang-orang di gereja tanpa status atau keterampilan kepemimpinan. Yang terkecil dari umat Allah justru lebih memadai, karena hikmat dan Roh Allah, untuk menangani masalah daripada hakim sekuler berpendidikan dan berpengalaman terbaik yang tidak percaya.
□ "jemaat" Lihat Topik Khusus pada 1Kor 1:2.
1Kor 6:5 "Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu" Paulus sering menggunakan kata ini (lih. 1Kor 4:14; 6:5; 15:34; 2Tes 3:14; Tit 2:8). Mempermalukan adalah salah satu alat Roh Kudus untuk membawa penyadaran dan memungkinkan tindakan dan sikap kebenaran dan dapat dipercaya untuk berkembang. Ayat ini melanjutkan sarkasme yang menggigit tersebut.
□ "Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat," Ini adalah sarkasme menggigit untuk gereja yang sombong secara intelektual ini. Ini merupakan pertanyaan negatif ganda yang tegas, yang mengharapkan jawaban "ya". Lihat catatan pada 1Kor 4:7.
1Kor 6:6 "justru pada orang-orang yang tidak percaya" Tidak ada ARTICLE pada kata ini, oleh karena itu, penekanannya adalah pada kualitas duniawi "kafir" dari para hakim tersebut.
Utley: 1Kor 6:7-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:7-87 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kam...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:7-8
7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? 8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
1Kor 6:7 "saja" Lihat catatan pada 1Kor 5:1.
□ "adanya, telah" Frasa ini (yaitu, ēdē men oun) menyiratkan bahwa gereja ini sudah melakukan hal-hal yang semacam ini. Mereka sudah kalah!
- NASB, NRSV "kekalahan"
- NKJV "kegagalan total"
- TEV "gagal total"
- NJB "kesalahan"
Ini harfiahnya adalah "kurang," tetapi digunakan dalam arti kalah atau gagal (lih. 2Kor 12:13; Rom 11:12; 2Pet 2:19-20).
- NASB, NRSV "Mengapa tidak lebih suka dipersalahkan? Mengapa tidak lebih suka dirugikan"
- NKJV "Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan"
- TEV "Apakah tidak lebih baik bagi kamu untuk dipersalahkan? Apakah tidak lebih baik bagi kamu untuk dirampok"
- NJB "Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan, mengapa tidak lebih suka dirugikan"
Ini adalah dua PRESENT PASSIVE INDICATIVE. Hak-hak individu orang percaya tidak sama pentingnya dengan reputasi dan misi gereja. Apakah ada orang Kristen yang menang jika Kerajaan kalah?
1Kor 6:8 Gereja Barat, dengan penekanan pada individu, telah membelokkan Injil. Kita telah kehilangan penekanan yang terus-menerus pada keseluruhan, kebersamaan, tubuh! Kita melihat kekristenan sebagai sesuatu untuk kita secara individu, bukannya sesuatu untuk Injil. Kita diselamatkan (secara individu) untuk melayani tubuh (lih. 1Kor 12:7). Orang percaya harus mengembangkan suatu pandangan dunia PB, melihat dunia melalui mata dan tujuan global , bersama dari Allah (yaitu, Mat 28:18-20; Luk 24:47; Kis 1:8).
Utley: 1Kor 6:9-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:9-119 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Jangan...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:9-11
9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
1Kor 6:9-10 Paulus jelas peduli dengan gaya hidup orang Kristen (lih. 1Kor 5:10,11; 6:9-10), yang tercermin pada gereja. Keselamatan tidak hanya suatu tindakan yudisial (yaitu, pembenaran oleh iman), namun hidup yang diubahkan (yaitu, pengudusan atau keserupaan dengan Kristus, lih. Gal 6:7). Lihat Topik Khusus: Pengudusan di 1Kor 1:2.
Gereja, telah dan masih "tertipu." Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE, yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses.
1Kor 6:9 "tidak tahukah kamu" Lihat catatan pada 1Kor 5:6. Implikasinya adalah bahwa orang percaya, karena keselamatan mereka dan berdiamnya Roh, harus tahu hal ini! Tapi, orang percaya bayi (tidak dewasa), daging tidak! Mereka secara mental didominasi oleh sistem dunia yang jatuh ini dan iblis (yaitu, tertipu oleh diri sendiri, tertipu secara budaya, dan ditipu oleh setan, lih. 1Kor 12:2).
□ "bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" Paulus menyatakan hal ini dua kali untuk penekanan (ay. 1Kor 6:9,10). Ini membawa paradoks Injil ke dalam kontras yang tajam. Keselamatan adalah gratis dalam karya paripurna Kristus, tetapi keselamatan perjanjian menuntut respon yang sesuai dan berkelanjutan. Orang percaya yang dinyatakan "benar" di dalam Kristus harus matang menjadi serupa dengan Kristus. Sasaran Allah selalu adalah orang benar yang mencerminkan karakter-Nya. PB adalah sama seperti PL dalam hal ini. Sifat radikal dari Perjanjian Baru (lih. Yer 31:31-34; Yeh 36:22-38) adalah bahwa kinerja manusia untuk keselamatan telah diganti dengan kinerja Kristus. Tapi ini tidak mempengaruhi keinginan Tuhan akan suatu umat yang benar. Hal ini hanya merubah mekanismenya. Dalam periode Injil ini, orang percaya termotivasi oleh rasa syukur, bukan ganjaran.
Namun demikian, prinsip rohani "menabur dan menuai" (lih. Gal 6:7) masih berlaku bagi orang percaya dan kafir (lih. pasal 1Kor 3). Oh, tragedi Kekristenan yang tak berbuah (lih. Yoh 15; Yak 2:14-26, I Pet, I Yoh). Ini berdampak pada Kerajaan, gereja lokal, individu, dan orang yang terhilang.
Dapatkah seorang Kristen yang telah melakukan dosa yang tercantum dalam ay. 9-10 diselamatkan? Pasti (lih. ay. 1Kor 6:11)! Dapatkah seorang Kristen terus melakukan dosa-dosa tersebut dan diselamatkan? Tidak tanpa kehilangan konsekuensi Illahi—kehilangan persekutuan dengan Allah, hilangnya bimbingan Roh Kudus, kehilangan jaminan, kehilangan kedamaian, kehilangan doa yang efektif, kehilangan penyembahan yang benar, hilangnya sukacita, kehilangan kesaksian! Betapa mahalnya harga yang harus dibayar!
Ada beberapa naskah dalam Kisah Para Rasul dan tulisan Paulus (lih. Kis 20:32; 26:18; 1Kor 6:9-10; 15:50, Gal 5:21; Ef 5:5) yang mencerminkan kata-kata Yesus pada mewarisi Kerajaan (lih. Mat 25:34).
□ "Janganlah sesat!" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE (Komentari Alkitab Para Pengeksposisi, Vol 10, Hal 223, mengatakan ini adalah PRESENT MIDDLE, yaitu, "Berhenti menipu diri sendiri") dengan NEGATIVE PARTICLE, yang biasanya berarti "menghentikan suatu tindakan dalam proses." Ini merupakan asyndeton seperti ay. 1Kor 6:18, yang merupakan bentuk penekanan dalam tata bahasa Yunani Koine yang menarik perhatian pembaca atau pendengar.
- NASB, NKJV, NRSV "orang cabul"
- TEV "orang-orang yang tidak bermoral"
- NJB "amoral secara seksual"
Ini adalah istilah umum untuk amoralitas seksual (lih. 1Kor 5:1 [dua kali], 9,10; 6:9,11,13,18, 7:2, 10:8; 2Kor 12:21). Ayat 1Kor 6:9-10 mendaftar dosa-dosa yang terkait dengan praktek penyembahan berhala abad pertama (lih. 1Kor 5:9-11), yang secara teratur melibatkan aktivitas seksual yang bebas dan tercampur atas nama dewa kesuburan.
□ "penyembah berhala" Untuk seorang yang percaya dengan perspektif PL, tidak ada yang lebih buruk dari hal ini. Penggunaan istilah ini dalam daftar dosa meneguhkan bahwa ini adalah daftar praktek-praktek ibadah kafir. Semua orang percaya bukan Yahudi di Korintus telah berasal dari latar belakang ini (lih. 1Kor 6:11). Paulus sering menggunakan konsep ini (yaitu, penyembahan dan pelayanan kepada dewa-dewa palsu) dalam surat-surat Korintus nya (lih. 1Kor 5:10,11; 6:9; 8:4,7,10; 10:7,14,19,28; 12:2; 2Kor 6:16).
□ "orang berzinah" Ini adalah istilah Yunani moichos, yang merujuk pada ketidaksetiaan seksual di luar nikah. Ini adalah satu-satunya tempat digunakannya kata ini dalam surat-surat Korintus.
- NASB, "banci"
- NKJV, NJB "Sodom"
- NRSV "pelacur laki-laki "
- TEV "homoseksual sesat"
- NJB "memanjakan diri"
Istilah ini (malakos) secara harfiah berarti lembut. Ini bisa digunakan untuk pakaian (lih. Mat 11:8). Bila diterapkan secara metafora untuk orang, kata ini merujuk pada pelacur laki-laki, biasanya laki-laki muda. Untuk artikel yang baik tentang homoseksualitas lihat Kamus Paulus dan Surat-suratnya, hal. 413-414.
- NASB, "homoseksual"
- NKJV, NRSV,
- NJB "pemburit"
- TEV "(kedua istilah diterjemahkan bersama sebagai 'homoseksual sesat')"
Istilah ini (arsenokoitēs, dari arsēn, laki-laki, dan keitē, yang tidur bersama dengan) merujuk pada homoseksual laki-laki (lih. 1Tim 1:10; Rom 1:27). Ini adalah suatu masalah utama di masyarakat Romawi (lih. Rom 1:26-27; 1Tim 1:10) seperti juga di Timur Dekat kuno (lih. Im 18:22; 20:13; Ul 23:18). Kedua istilah terkait dalam ay. 1Kor 6:9 untuk aktivitas homoseksual ini dapat merujuk pada aspek aktif (arsēnokoitai) dan pasif (malakoi) dari dosa seksual.
Ada banyak tekanan budaya modern untuk menerima homoseksualitas sebagai gaya hidup alternatif yang pantas. Alkitab mengutuk hal itu sebagai gaya hidup merusak, keluar dari kehendak Allah bagi ciptaan-Nya.
- 1. Ini melanggar perintah dari Kej 1 untuk berbuah dan berkembang biak
- 2. Ini adalah ciri penyembahan dan kebudayaan berhala (lih. Im 18:22; 20:13; Rom 1:26-27; dan Yud 1:7)
- 3. Ini mengungkapkan kemandirian yang mementingkan diri sendiri jauh dari Allah (lih. 1Kor 6:9-10)
Namun demikian, sebelum saya meninggalkan topik ini izinkan saya menyatakan kasih dan pengampunan Allah bagi semua manusia yang memberontak. Orang Kristen tidak punya hak untuk bertindak dengan kebencian dan angkuh terhadap dosa yang satu ini, terutama ketika jelas bahwa kita semua berdosa. Doa, kepedulian, kesaksian, dan belas kasihan melakukan jauh lebih banyak di daerah ini daripada penolakan keras. Firman Allah dan Roh-Nya akan melakukan pengutukan jika kita membiarkan mereka. Semua dosa seksual, bukan hanya satu ini, adalah kekejian bagi Allah dan mengarah ke penghakiman. Seksualitas adalah karunia dari Tuhan untuk kesejahteraan, sukacita, dan suatu masyarakat yang stabil bagi manusia. Tapi, dorongan kuat yang diberikan Tuhan ini, sering berubah menjadi kehidupan yang memberontak, egois, mencari-kesenangan, "lebih-untuk-aku- berapapun-biayanya," (lih. Rom 8:1-8; Gal 6:7-8).
□ "Pemfitnah" Lihat catatan pada 1Kor 4:12.
1Kor 6:11 "Dan beberapa orang di antara kamu" Ini adalah sebuah IMPERFECT INDICATIVE, yang menyatakan tindakan terus-menerus di masa lalu. Hal ini menunjukkan kekelaman moral budaya kafir zaman Paulus (lih. 1Kor 12:2), tetapi itu juga menunjukkan kasih karunia yang mengagumkan dan kekuatan mengubahkan dari Injil Allah di dalam Kristus.
Kehidupan yang berubah dari para petobat dari kafir ini adalah saksi yang kuat untuk Injil. Tetapi perubahan tersebut harus permanen dan lengkap, bukan hanya sementara dan selektif. Mereka berbeda sekarang, didiami sekarang, mempunyai informasi sekarang. Mereka tidak boleh kembali sebagaimana anjing kepada muntahnya atau babi ke lumpur (lih. 2Pet 2:22). Dunia yang hilang sedang memperhatikan!
□ "Tetapi" Perhatikan tiga cara membawakan alla dalam naskah Yunani untuk menunjukkan tiga peristiwa rohani yang berbeda:
- 1. pencucian
- 2. menguduskan
- 3. membenarkan dilakukan oleh Anak dan Roh melalui iman kita, respon bertobat
□ "kamu… disucikan," Ini merupakan sebuah AORIST MIDDLE INDICATIVE. Ini mungkin menunjuk pada baptisan sebagai tindakan awal, dukarela, terlihat, simbolis dari pembersihan di dalam (lih. Kis 2:38; 22:16; Tit 3:5). Kebanyakan terjemahan menerjemahkan kalimat ini sebagai PASSIVE VOICE kecuali terjemahan Williams, yang memiliki "Anda telah mencuci bersih dirimu." Para pengikut baru Agama Yahudi membaptis diri sendiri ketika bergabung dengan rumah ibadat. Jika kata ini berbentuk VOICE MIDDLE seperti Kis 22:16, maka ini mungkin adalah sebuah singgungan teologis terhadap diskusi tanggung jawab perjanjian di Yeh 18:31 yang dikombinasikan dengan kedaulatan Allah untuk memulai (lih. Yeh 36:25-27). Ini bisa merupakan metafora untuk penyucian (lih. Tit 3:15).
□ "telah dikuduskan" Ini adalah suatu AORIST PASSIVE INDICATIVE dengan cara kematian Kristus dan mediasi Roh (lih. 1Kor 1:2,30). Lihat Topik Khusus: Pengudusan di 1Kor 1:2.
□ "kamu telah dibenarkan" Ini adalah suatu AORIST PASSIVE INDICATIVE. Orang percaya dibenarkan dan disucikan ketika mereka percaya (lih. Rom 8:29). Status teologis posisional ini memandatkan hidup seperti Kristus. Lihat Topik Khusus: Kebenaran di 1Kor 1:30.
□ "dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita" Frasa ini mungkin meneguhkan interpretasi bahwa "disucikan" atau "menyucikan diri" dalam ay. 1Kor 6:11 merujuk kepada baptisan (lih. Rom 10:9-13 ). Pengakuan publik iman dari gereja mula-mula adalah baptisan. Para kandidat menegaskan iman mereka dengan secara lisan mengatakan "Saya percaya Yesus adalah Tuhan" atau pengakuan liturgis yang serupa.
Frasa kedua yang menyebutkan "Roh" bisa merupakan singgungan atau formula liturgi yang berdasarkan Mat 28:19, "baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." Sangatlah menarik seberapa seringnya Paulus menunjuk pada "nama" di pasal pembukaan dari I Korintus (lihat Topik Khusus pada 1Kor 1:10).
- 1. suatu cara untuk merujuk kepada orang-orang percaya ("yang… memanggil nama.," lih. 1Kor 1:2)
- 2. suatu cara menasihati orang percaya (lih. 1Kor 1:10)
- 3. suatu cara untuk menegaskan kewenangan Paulus (lih. 1Kor 5:4)
- 4. suatu cara merujuk pada tindakan awal orang percaya menyebut nama (lih. 1Kor 6:11) Nama tersebut mewakili pribadi, otoritas, karakteristik, dan status Yesus.
Ini adalah rujukan yang jelas untuk karya penebusan dari Allah Tritunggal (lih. ay. 1Kor 6:10-11). Istilah "Trinitas" bukan kata Alkitab, tetapi konsep ini adalah Alkitabiah. Jika Yesus adalah Illahi dan Roh adalah suatu pribadi, maka esensi ilahi yang esa ini memiliki tiga manifestasi pribadi yang kekal. Lihat Topik Khusus: Trinitas pada 1Kor 2:10.
Utley: 1Kor 6:12-20 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:12-2012 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membia...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 6:12-20
12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. 13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. 14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. 15 Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! 16 Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "KEDUANYA AKAN MENJADI SATU DAGING." 17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. 18 Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. 19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? 20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
- NASB NKJV
- NRSV "Segala sesuatu halal bagiku"
- TEV "Seseorang akan berkata, 'Aku diizinkan untuk melakukan apapun'"
- NJB "Bagi saya semuanya diperbolehkan"
Ini mungkin merujuk pada sesuatu yang telah dikatakan Paulus pada kesempatan sebelumnya (lih. 1Kor 10:23; Rom 14:2,14,20) tapi sudah dikeluarkan dari konteks oleh (1) legalisme dari orang percaya Yahudi atau (2 ) guru-guru palsu libertini yang menggunaan kebebasan Kristen sebagai ijin untuk berbuat dosa (lih. Gal 5:13; 1Pet 2:16). Paulus sedang mencoba berjalan di garis tipisdi antara dua ekstrem tersebut namun berbicara kepada keduanya.
Ini mungkin adalah yang pertama dari pengutipan Paulus akan slogan-slogan dari para guru palsu atau para guru palsu tersebut mengambil apa yang ia khotbahkan keluar dari konteksnya dan meneruskan ucapan nya ke bidang yang lain (lih. 1Kor 6:12,13; 7:1; 8:1,4; 10:23, lihat (1) Sejarah Alkitab Cambridge, jilid 1, hal 244, dan (2) Klein, Blomberg, dan Hubbard, Pengantar Interpretasi Alkitab, hal. 362-363). Ini tidak berarti bahwa apa yang mereka katakan itu tidak benar, tetapi mereka mengambil kebenaran tersebut melampaui batas yang sah. Sulit untuk mengetahui kapan Paulus menggunakan teknik ini. Mungkin kriteria berikut ini bisa membantu.
- 1. Ini adalah sesuatu yang dikatakan Paulus sendiri dalam tulisan-tulisan lain (lih. 1Kor 10:23; Rom 14:2,14,20).
- 2. Ini adalah pernyataan umum singkat dari kebenaran (seperti suatu pepatah).
- 3. Semua metafora alkitabiah adalah benar, tetapi memiliki batasan untuk aplikasi relevan mereka. Tidak ada contoh atau metafora yang dapat didorong pada setiap tingkatan. Metafora-metafora ini biasanya memiliki satu aplikasi utama.
Paulus mencoba untuk menyajikan kembali kebenaran yang dimaksudkan dan membatasi perluasan-peruasan yang tidak pantas tersebut. Ini adalah masalah hermeneutika di setiap zaman!
□ "tetapi bukan semuanya berguna" Ayat ini berbicara untuk penggunaan yang tepat dari kebebasan Kristen yang harus dilakukan dalam kasih yang membatasi diri (lih. 1Kor 10:23; 14:26; Rom 14:19; 15:2). Pembangunan tubuh Kristus lebih penting daripada hak dan kebebasan pribadi.
□ "berguna" Ini adalah istilah majemuk Yunani yang berarti "membawa bersama-sama untuk kepentingan seseorang" (lih. 1Kor 6:12; 7:35; 10:23; 12:7; 2Kor 8:10, negatifnya di 1Kor 12:1). Ini berparalel dengan pernyataan Paulus dalam Rom 14:19; 15:2; 1Kor 10:23; 14:26; 2Kor 12:19; Ef 4:12,29. Hanya karena orang percaya merdeka dalam Kristus tidak berarti bahwa setiap hal membangun orang percaya lainnya. Kita membatasi kebebasan kita dalam kasih untuk Tuhan dan gereja-Nya. Kita selalu mencari dan mempromosikan kesehatan dan vitalitas seluruh tubuh Kristus (lih. 1Kor 12:7).
- NASB, "tapi aku tidak akan dikuasai oleh apapun"
- NKJV "tapi aku tidak akan dibawa di bawah kekuatan apapun"
- NRSV "tapi aku tidak akan didominasi oleh apapun"
- TEV "aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun"
- NJB "tapi saya bertekad untuk tidak didominasi oleh apa pun"
Ini adalah sebuah FUTURE PASSIVE INDICATIVE dari istilah Yunani exousia. Istilah ini memiliki beragam penggunaan
- 1. otoritas
- 2. yurisdiksi
- 3. kontrol
- 4. kekuasaan
- 5. kekuasaan adi kodrati
Paulus mungkin telah memiliki beberapa konotasi ini di pikiran dalam pengaturan ini. Ada permainan kata yang jelas antara "halal" (exestin) dan "menguasai" (exousiasthēsomai). Ia tidak merasa bahwa
- 1. setiap manusia memiliki hak untuk menghakimi dia (lih. 1Kor 2:14-15; 3:4-5)
- 2. tidak ada makhluk supranatural yang memiliki wewenang atas dirinya (lih. 1Kor 12:2, orang kafir disesatkan oleh iblis)
- 3. tidak ada kebebasan pribadi atau preferensi pribadi atau pencobaan pribadi (yaitu, tinos, sebuah KATA SIFAT INDEFINITE PRONOMIAL TUNGGAL sebagai kontras dari penggunaan ganda dari panta dalam ayat ini)
Wewenang Paulus berasal dari Kristus. Kristus dan Roh-Nyalah yang menguasai dan memberinya kekuatan. Penguasaan diri sudah pasti adalah salah satu buah Roh (lih. Gal 5:23; Kis 24:25; 2Pet 1:6). Paulus mengendalikan kebebasannya sehingga Injil dapat berhasil dan demikian jugalah seharusnya kita!
Paulus menegaskan bahwa kebebasan Kristen tidaklah boleh menjadi kesempatan untuk ijin pribadi. Banyak hal yang baik dapat menjadi motif, sikap, atau situasi yang tidak pantas (lih. Rom 14:23). Masalah kebebasan Kristen dan tanggung jawab Kristen adalah isu kritis dari surat-surat Korintus. Masalah ini juga dibahas dalam Rom 14:1-15:13. Saya ingin mengutip pernyataan pembuka saya mengenai hal ini dari komentari kitab Roma.
- NASB "Makanan adalah untuk perut"
- NKJV "Makanan untuk perut dan perut untuk makanan"
- NRSV "Makanan dimaksudkan untuk perut dan perut untuk makanan"
- TEV "Orang lain akan berkata, 'Makanan adalah untuk perut, dan perut untuk makanan'"
- NJB "Makanan adalah untuk perut, dan perut untuk makanan"
Ini mungkin adalah slogan lain. Ini sepertinya merujuk pada perpanjangan hermeneutis yang tidak tepat oleh guru-guru palsu libertini. Paulus menegaskan ada unsur kebenaran dalam apa yang mereka katakan (lih. Mr 7:19). Paulus bisajadi
- 1. menggunakan suatu teknik sastra yang disebut diatribe, di mana dia menggunakan penentang anggapan untuk membuat poin teologisnya
- 2. mengutip slogan-slogan para guru-guru palsu, beberapa bagian darinya mungkin berasal dari ajaran Yesus atau ajaran-ajaran Paulus
□ "tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah." Ini merupakan singgungan kepada Kerajaan yang telah disempurnakan. Makanan hanyalah merupakan bagian dari waktu, bukan kekekalan. Yesus memang makan ikan setelah kebangkitan-Nya (yaitu, Yoh 21), tapi itu adalah kesempatan untuk mengunjungi murid-murid-Nya yang ketakutan, bukan suatu keharusan fisik bagi-Nya. Yesus juga berbicara tentang perjamuan Mesianik (yaitu, Luk 22:30), tetapi ini juga, adalah metafora dari persekutuan, bukan suatu keharusan fisik yang akan diulang.
Ungkapan "menyingkirkan" (lih. NASB) atau "membinasakan" (lih. NKJV) adalah katargeō. Paulus menggunakan kata ini dua puluh tujuh kali, tetapi dalam pengertian yang berbeda-beda. Lihat Topik Khusus: Katargeō di 1Kor 1:28.
□ "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan" Ini jelas menunjukkan perpanjangan yang palsu. Manusia diciptakan secara indah untuk hidup dan perkembangannya di planet ini. Namun demikian, ada beberapa batas yang diberikan Allah untuk menjamin suatu keberadaan yang lama, bahagia, berbuah. Sejak kejatuhan (lih. Kej 3), manusia cenderung mengambil kepuasan pribadi yang langsung ada, dan memuaskan diri, atas biaya apapun!
□ "tubuh… untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh." Frasa-frasa ini berada dalam suatu hubungan paralel. Dorongannya sepertinya adalah bahwa orang percaya adalah milik Tuhan (lih. ay. 1Kor 6:20; 7:23; Kis 20:28). Ia ingin menggunakan tubuh mereka untuk pelayanan-Nya, tujuan-Nya. Ini mungkin satu permainan kata pada tubuh manusia dan gereja Kristus sebagai suatu tubuh.
1Kor 6:14 Pasal definitif dalam Perjanjian Baru tentang kebangkitan Kristus dan kebangkitan orang percaya adalah 1Kor 15.
Dalam terang pemikiran Yunani (yaitu, tubuh fisik adalah jahat) perlulah ditekankan bahwa pemikiran Alkitab tidak meremehkan tubuh. Dalam konteks yang sama ini tubuh adalah
- 1. diciptakan "untuk Tuhan" (lih. ay. 1Kor 6:13)
- 2. "anggota Kristus" (lih. ay. 1Kor 6:15)
- 3. Suatu bait suci yang didiami oleh Roh (lih. ay. 1Kor 6:19)
- 4. untuk memuliakan Kristus (lih. ay. 1Kor 6:20)
Tubuh tidak jahat. Ia akan dibangkitkan dan akan menjadi bagian dari kerajaan yang kekal. Namun demikian, juga merupakan wilayah dari godaan dan medan pertempuran moral dari dosa. Yesus memberi diriNya secara fisik bagi gereja. Orang percaya harus mengikuti contohteladan ini (lih. 1Yoh 3:16).
"Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan" Dalam Sebuah Komentari Kenaskahan dari Perjanjian Baru Yunani Bruce M. Metzger menggambarkan variasi naskah kuno Yunani yang terhubung dengan BENTUK KATA KERJA:
- 1. AORIST dalam MSS P46C2, B
- 2. PRESENT dalam MSS P11, P46, A, D*
- 3. FUTURE dalam MSS P46C1, א, C, D3
FUTURE TENSEnya sesuai dengan konteks dan paralel dalam 2Kor 4:14" (hal 552; UBS4 memberi peringkat "B" [hampir pasti]).
Frasa ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk menunjukkan bahwa PB sering menghubungkan karya penebusan kepada seluruh tiga Pribadi Ketuhanan.
- 1. Allah Bapa membangkitkan Yesus (lih. Kis 2:24; 3:15; 4:10; 5:30; 10:40; 13:30,33,34,37; 17:31; Rom 6:4,9; 10:9; 1Kor 6:14; 2Kor 4:14; Gal 1:1; Ef 1:20; Kol 2:12; 1Tes 1:10).
- 2. Allah Anak membangkitkan diriNya sendiri (lih. Yoh 2:19-22; 10:17-18)
- 3. Allah Roh Kudus membangkitkan Yesus (lih. Rom 8:11)
□ "akan membangkitkan kita juga" Paulus bersukacita dalam hubungan pribadinya dengan Kristus saat ini (lih. 1Kor 6:17). Ini adalah eskatologi yang disadari Paulus (lih. C. H. Dodd). Dalam arti yang sesungguhnya surga telah datang kepada Paulus dalam hidup ini dan hanya akan dilengkapi dalam kehidupan masa depan.
Paulus juga percaya bahwa Yesus akan segera kembali. Dalam beberapa naskah Paulus menegaskan bahwa ia akan hidup pada saat kedatangan Kristus (lih. 1Tes 4:17; 1Kor 15:51-52; Fili 3:20). Namun demikian, dalam teks- teks lain ia menghubungkan dirinya dengan mereka yang dibangkitkan dari orang mati (lih. 1Kor 6:14; 2Kor 4:14). Seluruh buku II Tesalonika mengharapkan parousia yang tertunda, seperti halnya bagian dari Mat 24, Mr 13 dan Luk 21.
Kedatangan Kedua adalah harapan setiap generasi Kristen, namun kenyataan hanya untuk satu generasi. Namun demikian, kebangkitan dengan tubuh yang baru dan persekutuan yang intim adalah kenyataan bagi semua orang percaya!
1Kor 6:15 "Tidak tahukah kamu" Lihat catatan pada 1Kor 5:6.
□ "tubuhmu adalah anggota Kristus" Paulus menggunakan suatu analogi dari Kej 2:24 sebagai dasar bagi peringatan tentang kesatuan orang percaya dalam amoralitas seksual apapun. Orang percaya adalah satu dengan Kristus (lih. 1Kor 12:20,27; Rom 12:5; Ef 4:12,16,25).
□ "percabulan" Ini adalah istilah Yunani pornē, yang berasal dari KATA KERJA "menjual" (yaitu, pernēmi, lih. Kittel, Kamus Teologia Perjanjian Baru, vol 6, hal 580). Di Korintus (dan Timur Dekat Kuno) ada dua macam pelacur, satu pemujaan (yaitu, penyembahan berhala) dan budak (yaitu, untuk keuntungan). Paulus berkali-kali membahas porneia(lih. 1Kor 5:1 [dua kali]; 9,10,11; 1Kor 6:9,13,15,16,18; 7:2; 10:8; 2Kor 11:21). Penyembahan berhala kesuburan diekspresikan dalam tindakan seksual. Para pendengar Paulus telah dibesarkan dan berpartisipasi dalam ritual-ritual dan ritus ini, tetapi mereka sekarang Kristen!
- NASB, "Semoga tidak pernah menjadi"
- NKJV "Sekali-kali tidak"
- NRSV "Jangan sampai"
- TEV "Mustahil"
- NJB "bukanlah pertanyaan"
Ini frase seruan (sebuah OPTATIVE MOOD langka yang mengekspresikan suatu keinginan yang kuat, hasrat, atau doa) yang sering digunakan oleh Paulus untuk mengekspresikan kengeriannya atas bagaimana tanggapan beberapa orang (yaitu, diatribe) atas pernyataan atau pertanyaan retorisnya (lih. Rom 3:4;\\;1Kor 6:15; Gal 2:17; 3:21; 6:14).1Kor 6:16 "KEDUANYA AKAN MENJADI SATU DAGING" Ini adalah kutipan dari Kej 2:24. Dalam perkawinan dua orang secara sukarela menjadi satu daging. Keintiman fisik adalah pengalaman ikatan yang kuat. Ini memiliki tempat yang sesuai dan ditahbiskan Allah dalam kehidupan. Seperti semua karunia Allah, hal ini dapat disalahgunakan dan diambil melampaui batas yang diberikan Tuhan.
1Kor 6:17 Ini adalah analogi rohani yang diambil dari Kej 2:24. Sebagaimana seorang pria dan istri menjadi satu daging secara fisik, orang percaya dan Tuhannya menjadi satu entitas rohani (lih. Yoh 17:11,23; Gal 2:20; Ef 5:21-33). Sebuah contoh yang baik dari konsep teologis ini adalah Rom 6:1-11. Orang-orang percaya mati bersama dengan Kristus, dikuburkan (dalam baptisan) bersama dengan Kristus, dan dibangkitkan bersama dengan Kristus.
- NASB, "siapa yang mengikatkan dirinya"
- NKJV "ia yang mengikatkan diri"
- NRSV "siapa bersatu"
- TEV "ia yang mengikatkan dirinya sendiri"
- NJB "siapa pun yang menempelkan diri sendiri"
Ini adalah persis sejajar dengan 1Kor 6:16. Konstruksi gramatikal ini adalah
- 1. sebuah PRESENT PASSIVE PARTICIPLE seperti dalam ay. 1Kor 6:16 (lih. Zerwick dan Grosvenor, Sebuah Analisis Gramatikal dari Perjanjian Baru Yunani, hal 508)
- 2. sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE (lih. Harold K. Moulton, The Leksikon Yunani Analitis Edisi Revisi, hal 236)
Terjemahan ekuivalen dinamisnya (yaitu, TEV, NJB), serta NASB, menerjemahkannya sebagai sebuah MIDDLE VOICE. Jelasla bahhwa konteksnya berfokus pada kemauan pihak yang terlibat.
1Kor 6:18 "Jauhkanlah dirimu dari percabulan!" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE tanpa sambungan gramatikal untuk apa yang terjadi sebelum atau setelahnya (yaitu, asyndeton), yang untuk pembaca bahasa Yunani Koine adalah cara penekanan, menyebabkan frasa ini menonjol.
Seksualitas manusia adalah karunia dari Allah yang pengasih, tetapi ada aspek pantas dan tidak pantas yang berhubungan dengan bagaimana seseorang melaksanakan karunia Allah ini. Paulus menegaskan pernikahan dengan kutipannya dari Kej 2:24, tapi dengan tegas mengatur batas-batas pergaulan pranikah atau di luar nikah.
Orang percaya harus terus-menerus rajin di daerah ini, terutama ketika budayanya tidak bermoral. Dosa seks masalah utama bagi kehidupan iman. Orang percaya harus hidup dalam kehidupan yang berubah dengan seksualitas yang pantas (lih. 2Kor 12:21; Ef 5:3; Kol 3:5).
□ "Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya" Ini adalah komentar yang aneh. Saya berharap saya memahaminya lebih baik. Ini mungkin mencerminkan
- 1. budaya penyembahan berhala Korintus
- 2. penekanan pengajaran dari guru-guru palsu
- 3. penekanan pemberitaan Paulus (lih. ay. 1Kor 6:12,13)
Manusia tidak memiliki jiwa, mereka adalah jiwa (lih. Kej 2:7). Terkait dengan hal ini adalah pemahaman Paulus bahwa orang percaya tidak memiliki tubuh, mereka adalah tubuh. Ini mungkin merupakan suatu perkembangan teologis dari Kejadian dan melawan pemikiran Yunani bahwa tubuh menyusutkan tubuh sebagai kejahatan. PL dan PB menegaskan kebangkitan fisik yang merupakan cara untuk menegaskan kebaikan dan kekekalan dari keberadaan fisik manusia. Gnostik Libertini yang dikemudian hari atau guru antinomian akan memisahkan aspek fisik dari aspek mental, sehingga menegaskan keselamatan sebagai pengetahuan, bukan kesalehan atau kebajikan. Paulus menegaskan bahwa Injil adalah
- 1. seseorang untuk disambut
- 2. sebuah kebenaran tentang orang tersebut untuk dipercayai
- 3. kehidupan orang tersebut untuk ditiru
Ini tidak dapat dipisahkan! Manusia adalah satu kesatuan! Keselamatan bersifat komprehensif. Kerajaan telah tiba. Ada ikatan yang tak terpisahkan antara iman dan ketaatan. Pengudusan awal harus mengarah pada pengudusan progresif. Kebenaran adalah anugerah (INDICATIVE) namun sekaligus perintah (IMPERATIVE).
Kolega saya di East Texas Baptist University, Dr Bruce Tankersley, mengingatkan saya bahwa dalam prostitusi penyembahan, si pelacur adalah pengganti untuk dewa. Oleh karena itu, hubungan seksual tidak hanya bermoral, tapi merupakan penyembahan berhala.
1Kor 6:19 "Atau tidak tahukah kamu" Lihat catatan pada 1Kor 5:6.
□ "tubuhmu adalah bait Roh Kudus" Kekristenan menggantikan Bait Suci jasmani dari orang-orang Yahudi dengan Bait Allah rohani tubuh fisik Kristus (lih. Yoh 2:21) sebagai tubuh kebersamaann-Nya, yaitu gereja (lih. 1Kor 10:16,17; 11:29; 12:12-27). Konsep bait suci digunakan dalam dua pengertian dalam I Korintus.
- 1. dalam 1Kor 3:16-17 digunakan untuk seluruh gereja lokal
- 2. di sini digunakan untuk orang percaya secara individu
Hal ini mengungkapkan hubungan yang luwes antara aspek kebersamaan dan individu.
Pokok utama Paulus dalam konteks ini adalah panggilan kepada kekudusan. Orang percaya harus berbeda secara radikal dari budaya sekitarnya. Ini memiliki dua tujuan.
- 1. Menggenapi tujuan serupa dengan Kristus
- 2. menarik orang kepada iman di dalam Kristus, yang merupakan fokus kembar dari Amanat Agung (lih. Mat 28:19-20)
□ "Roh Kudus yang diam di dalam kamu" Ini adalah penekanan pada Roh Kudus yang berdiam. Kekuatan bagi kehidupan Kristen adalah suatu karunia Tuhan, seperti keselamatan. Kita harus menyerahkan diri kita pada pekerjaan Roh Kudus. Semua tiga pribadi Trinitas mendiami orang percaya.
- 1. Roh (lih. Yoh 14:16-17; Rom 8:9,11; 1Kor 3:16; 6:19; 2Tim 1:14)
- 2. Anak (lih. Mat 28:20; Yoh 14:20,23; 15:4-5; Rom 8:10; 2Kor 13:5; Gal 2:20; Ef 3:17; Kol 1:27).
- 3. Bapa (lih. Yoh 14:23; 2Kor 6:16)
Orang percaya adalah umat milik Tuhan. Ini secara sukarela berbeda dengan kerasukan setan yang di dalamnya kerja sama yang sukarela orang percaya sangat penting pada setiap tahap dan tingkatan. Setan akan menghancurkan kehendak individu, namun Allah yang berdaulat telah memilih untuk menghormati kebebasan manusia ciptaan-Nya. Hanya dalam kedewasaan Kristen (yaitu, keserupaan dengan Kristus) Kehendak Allah menjadi kekuatan membimbing yang dominan!
1Kor 6:20 "kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar" Ini adalah suatu PASSIVE INDICATIVE AORIST. Metafora ini berasal dari pasar budak (lih. 1Kor 7:22-23; Rom 3:24; Gal 3:13; 4:5). Dalam PL ini dikenal sebagai go'el, yang merupakan kerabat dekat yang membeli seseorang kembali dari perbudakan (lih. Im 25:25). Ini adalah rujukan pada penebusan penggantian Kristus (lih. Yes 53; Mr 10:45; 2Kor 5:21). Ketika seseorang menerima Kristus, ia melepaskan hak pribadi atas tubuhnya dan mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan vitalitas bersama dari bait allah secara keseluruhan, yaitu seluruh tubuh (lih. 1Kor 12:7).
□ "muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE, suatu perintah yang mendesak, bukan suatu pilihan. Bagaimana orang percaya hidup sangat penting untuk jaminan, untuk perdamaian, untuk kesaksian! Lihat Topik Khusus: Kemuliaan di 1Kor 2:7.
Ada dua ekstrem yang harus dihindari dalam kehidupan Kristen: (1) semuanya tidak pantas; (2) semuanya pantas. Tubuh kita adalah untuk Allah, bukan diri sendiri; mereka adalah untuk pelayanan, bukan untuk dosa (lih. Rom 6). Pandangan terhadap tubuh ini sangat berbeda dari pandangan Yunani terhadap tubuh yaitu sebagai rumah penjara jiwa. Tubuh tidak jahat, tetapi merupakan medan pertempuran dari kehidupan rohani (lih. Ef 6:10-20).
Ada kalimat tambahan dalam NKJV, "dan dalam rohmu, yang adalah milik Allah," yang ada dalam naskah berhuruf besar yang terkemudian dan dalam banyak manuskrip Yunani sangat kecil yang terkemudian. Namun demikian, naskah-naskah yang lebih tua tidak memilikinya. Hal ini tidak terdapat dalam P46, א, A, B, C*, D*, F, atau G. UBS4 memberikan naskah yang lebih pendek peringkat "A" (pasti).
Topik Teologia: 1Kor 6:1 - -- Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Nama-nama Untuk Orang Kristen
Orang Kristen Disebut Orang Saleh
...
- Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Saling Memperkarakan
Topik Teologia: 1Kor 6:2 - -- Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Nama-nama Untuk Orang Kristen
Orang Kristen Disebut Orang Saleh
...
- Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Saling Memperkarakan
- Eskatologi
- Penghakiman Akhir
- Gambaran Umum tentang Penghakiman Akhir
- Ciri-ciri Penghakiman Akhir
- Orang Percaya Ikut Berbagian
Topik Teologia: 1Kor 6:3 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Para Malaikat Baik
Gereja
Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gerej...
Topik Teologia: 1Kor 6:4 - -- Gereja
Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
Saling Memperkarakan
1Ko 6:1-8
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Saling Memperkarakan
Topik Teologia: 1Kor 6:8 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Sesama
Dosa-dosa Penipuan
Kecurangan dan Ketidakjujuran
Ima 19:11 Ima 19:35-36 Ima 25:14 Ula ...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Penipuan
- Kecurangan dan Ketidakjujuran
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Saling Memperkarakan
Topik Teologia: 1Kor 6:9 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Dosa
- Natur Dosa
- Dosa Menyebabkan Keterpisahan dari Allah
- Kej 3:22-24 Ula 25:16 Ula 31:16-18 2Ta 24:20 Ayu 35:12-13 Maz 5:5-7 Maz 11:5 Maz 66:18 Maz 78:58-61 Ams 1:28-29 Ams 10:29-30 Ams 15:8-9,29 Yes 1:15 Yes 43:24 Yes 59:1-2 Yes 64:7 Hos 9:10,12 Amo 3:2 Mik 3:4 Ibr 1:13 Zak 8:17 Mat 7:23 Luk 16:15 Yoh 9:31 Rom 8:7 1Ko 6:9-10 Efe 2:1,3-5,12 Efe 4:18 Efe 5:5 Ibr 12:14 Yak 4:3-4 Wah 21:23,27
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Kedagingan
- Pengudusan
- Pengudusan sebagai Fakta yang Tergenapi
- Kegemaran Diri Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Masalah Moral yang Menjadi Ciri Orang Percaya Setelah Diselamatkan
- Eskatologi
- Ini adalah Keterpisahan dari Si Jahat
Topik Teologia: 1Kor 6:11 - -- Yesus Kristus
Tuhan Yesus Kristus
Kis 11:17 Rom 5:1,11 Rom 6:23 Rom 7:25-26 Rom 8:39 Rom 13:14 Rom 15:30 1Ko 1:2,10 1Ko 6:11 Fi...
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Keselamatan
- Kematian Kristus adalah Cukup dan Tidak Kekurangan Apa pun
- Yoh 1:7,9 Yoh 3:14-17 Yoh 4:13-14 Yoh 6:35 Yoh 7:37-38 Yoh 11:25-26 Yoh 15:1,5-6 Rom 7:24-26 1Ko 1:18 1Ko 6:11 Efe 5:1-2,14 Kol 1:20-22 1Te 5:8-10 1Ti 1:13-16 Tit 3:3-7 Ibr 7:24-25 Wah 21:6
- Pembenaran
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan sebagai Fakta yang Tergenapi
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Mat 16:18 1Ko 3:10-11 1Ko 6:11 Efe 1:18-23 Efe 2:19-21 Efe 5:23 Kol 1:18 Kol 1:24 Kol 3:11 Ibr 9:12,14 Ibr 9:26-28 1Pe 1:3-9 1Pe 1:22-25
- Masalah Moral yang Menjadi Ciri Orang Percaya Setelah Diselamatkan
- Eskatologi
- Surga
- Natur Surga
- Surga adalah Tempat di Mana Orang Percaya akan Tinggal
- Ini adalah Keterpisahan dari Si Jahat
Topik Teologia: 1Kor 6:12 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
Kebijaksanaan
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Teologis dalam Gereja
- Perilaku Berlebihan karena Ide-ide Teologis
- Penyelewengan Seksual
Topik Teologia: 1Kor 6:13 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
Tubuh Manusia
Tubuh sebagai Pengaruh Moral
M...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Tubuh Manusia
- Tubuh sebagai Pengaruh Moral
- Dosa
- Dosa-dosa Kedagingan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Teologis dalam Gereja
- Perilaku Berlebihan karena Ide-ide Teologis
- Penyelewengan Seksual
Topik Teologia: 1Kor 6:14 - -- Keselamatan
Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
Gereja
Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
Masalah Teologis dalam G...
- Keselamatan
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Teologis dalam Gereja
- Perilaku Berlebihan karena Ide-ide Teologis
- Penyelewengan Seksual
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Gambaran Kebangkitan Orang Benar
- Kebangkitan Digenapi oleh Allah, Kristus dan Roh Kudus
TFTWMS: 1Kor 6:1-3 - Orang Kudus Akan Menghakimi Dunia ORANG KUDUS AKAN MENGHAKIMI DUNIA (1 Korintus 6:1-3)
1 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari kead...
ORANG KUDUS AKAN MENGHAKIMI DUNIA (1 Korintus 6:1-3)
1 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? 2 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? 3 Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.
Ayat 1. Seperti dalam kasus laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, Paulus tidak percaya adanya masalah tuntutan hukum di antara saudara-saudara itu. Ia sebelumnya telah menulis, "Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu …" (5:1); dan di sini ia bertanya, Apakah ada seorang di antara kamu, … berani mencari keadilan …? Rasul itu heran. Dapatkah itu terjadi karena orang-orang Kristen ini telah kehilangan makna utama kehidupan berkomunitas di dalam Kristus? Dengan mengabaikan orang yang hidup dalam percabulan, gereja itu sedang menghindari tanggung jawab komunitas. Para anggota memiliki kewajiban untuk menilai antara yang benar dan yang salah dan melakukan pendisiplinan gereja.
Mereka tidak hanya membiarkan perilaku buruk yang mengejutkan di tengah-tengah mereka itu tidak dihakimi; untuk perselisihan sepele atas masalah keuangan antara anggota komunitas itu mereka berpaling kepada hakim dari luar, kemungkinan hakim kolonial (6:1-11).2
Keprihatinan tentang percabulan orang yang hidup dengan istri ayahnya dan masalah tuntutan hukum antara orang-orang percaya di pengadilan sekuler telah dilaporkan kepada Paulus oleh para informannya. Isu-isu ini tidak disinggung dalam surat gereja yang disampaikan oleh Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus (16:17; 7:1). Orang-orang dari keluarga Kloe (1:11) mungkin saja merupakan sumber informasinya. Tanggung jawab gereja untuk mendisiplinkan para anggotanya yang nakal tetap menjadi latar belakang saat Paulus kembali ke masalah percabulan di 6:12-20.
Jumlah orang Kristen di Korintus sekitar tahun 50 M. sulit untuk diperkirakan. Karena gereja itu kadang-kadang berhimpun di rumah Gayus (Rom. 16:23), maka jemaat itu tentu tidak begitu besar. Dalam komunitas yang mungkin sekitar lima puluh atau bahkan seratus orang, orang percaya yang mengajukan tuntutan hukum melawan orang percaya tidak mungkin merupakan kejadian biasa. Mungkin, satu kasus tertentu telah menjadi perhatian rasul itu. Orang-orang Kristen yang berada di rumah di dalam masyarakat pagan akan telah terbiasa menghadap ke pengadilan kota atas perselisihan masalah keuangan dan properti. Kemarahan Paulus atas masalah ini timbul dari dua pertimbangan. Pengadilan hukum sekuler terkenal korup, dan Paulus mengetahui model yang lebih positif bagi pelaksanaan keadilan oleh orang-orang Yahudi. Bahkan di bawah kekuasaan Romawi, komunitas Yahudi di Yudea dan yang tersebar di seluruh perantauan mengikuti cara kerja pengadilan yang ditata dengan baik itu.
Ketika di 6:1 Paulus mengeluh tentang berpekara hukum pada orang-orang yang tidak benar (oiJ a‡dikoi, hoi adikoi), ia tidak sedang menilai sambil lalu tentang cara kerja pengadilan di dunia Romawi. Orang kaya menguasai pengadilan; sistem ini tidak dikenal untuk mengeluarkan keadilan yang berimbang. Orang miskin jarang terpaksa ke pengadilan; dan ketika mereka melakukannya, mereka punya sedikit kemungkinan untuk mendapat persidangan yang adil. David E. Garland memberikan penilaian ini:
"Bukti menunjukkan bahwa pengadilan sipil di era ini kurang dari berimbang dan korupsi besar memang ada."3Cicero, seorang orator terkenal, pengacara, dan negarawan, mulai naik banding di hadapan pengadilan Romawi di abad pertama S. M. dengan mengekspresikan satu pendapat yang juga dianut oleh orang Romawi dan orang asing: "Pengadilan-pengadilan ini … tidak akan menghukum siapa pun, betapapun ia bersalah, asalkan ia memiliki uang."4James bertanya, "Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?" (Yak. 2:6)?
Paulus tidak ingin sistem dua kelas pengadilan Romawi—satu untuk orang kaya dan satu lagi untuk orang miskin—menyelesaikan perbedaan antara orang-orang percaya. Beberapa orang Kristen di Korintus adalah miskin dan tak berdaya, tetapi bukti menunjukkan bahwa beberapa anggota lain memiliki cukup kekayaan dan karena itu memiliki status yang relatif tinggi di dunia sekuler. Gayus memiliki rumah yang cukup besar untuk berfungsi sebagai tempat gereja berhimpun. Erastus dari Korintus mungkin punya jabatan pekerjaan sipil yang penting (lihat Rom. 16:23). Stefanus secara jelas membawa dua budaknya bersama dia untuk berkonsultasi dengan Paulus di Efesus. Kekayaan dan status tampaknya telah membiarkan beberapa orang Kristen di Korintus menyiapkan makanan yang tidak mau mereka bagi dengan orang-orang yang kekurangan (1 Kor. 11:21). Paulus tidak diragukan lagi benar dalam menyimpulkan bahwa orang-orang Kristen miskin di Korintus memiliki sedikit kemungkinan untuk mendapat keadilan di hadapan pengadilan sekuler ketika mereka dilawan oleh saudara yang lebih kaya. Ketidakadilan seperti itu mengganggu dia. Pada tingkat pribadi, Paulus sudah mengenal baik kegagalan pengadilan Romawi untuk menegakkan keadilan. Di Filipi, ia pernah diseret ke dalam arena terbuka dan dipukuli tanpa berkesempatan untuk membela diri (Kisah 16:19). Di Efesus, Demetrius telah berhasil menghasut kerusuhan dengan tidak adanya kontrol pengadilan (Kisah 19:24, 29). Rasul itu hampir kehilangan nyawanya dalam proses itu (2 Kor. 1:8, 9). Felix pernah menahan dia di penjara "berharap, bahwa Paulus akan memberikan uang kepadanya" (Kisah 24:26). Rasul Paulus memiliki alasan yang baik untuk marah sebab orang Kristen di Korintus akan "mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus" (1 Kor. 6:1).
Terkait dengan pendapatnya yang rendah tentang cara kerja peradilan Romawi, Paulus memiliki model yang positif dalam cara komunitas Yahudi menyelenggarakan keadilan. Tanpa ragu-ragu, Klaudius Lisias pernah menangguhkan pengadilan Yahudi di Yerusalem untuk merumuskan dakwaan terhadap Paulus (Kisah 22:30; lihat 23:26; 24:7, 22). Bangsa Roma senang ketika rakyat taklukan mereka mengatur sendiri masalah perdata dan hukum mereka. Itu adalah klaim palsu yang orang-orang Yahudi sampaikan di hadapan Pilatus ketika mereka memprotes, "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang" (Yoh. 18:31). Bangsa Romawi akan hampir tidak tahu jika para elit penguasa Yahudi telah membawa Yesus ke luar kota dan diam-diam merajam Dia, seperti yang benar-benar mereka telah lakukan dalam kasus Stefanus (Kisah 7:58). Karena alasan politik, golongan imam ingin menyalahkan kematian Yesus pada bangsa Romawi. Pilatus tahu apa yang sedang mereka lakukan; ia mengakui ketidakbersalahan Yesus tetapi tidak punya keberanian untuk membebaskan dia. Model pengadilan hukum seperti di Yudea itu tersebar luas di seluruh wilayah perantauan Yahudi. "Ke mana pun orang Yahudi pergi mereka membawa bersama mereka hukum mereka sendiri dan menyelenggarakan sidang pengadilan menurut arahan hukum itu bagi para anggota komunitas mereka."5
Orang-orang yang punya pengalaman dengan pengadilan hukum dalam budaya Barat modern kemungkinan besar akan menganggap aneh pengadilan Romawi yang mau mentolerir pengadilan Yahudi atau Kristen dengan hak hukum yang tumpang tindih. Masalah itu menjadi kurang kritis dengan adanya pengakuan ini bahwa, dari sudut pandang bangsa Romawi, sistem peradilan adalah pelayanan negara yang disediakan untuk rakyatnya dengan biaya yang cukup besar. Pejabat publik senang komunitas etnis menjaga ketertiban dan menegakkan keadilan mereka sendiri. Imam-imam besar di Yerusalem melangkah sangat jauh dengan menawarkan keputusan yang untuk dilaksanakan oleh rumah-rumah ibadat di Damsyik (Kisah 9:1, 2). Emil Schürer menulis, "Dari semua ini dapat dilihat bahwa orang-orang Yahudi sebenarnya melakukan bukan hanya hak hukum sipil tetapi bahkan semacam hukum pidana terhadap para anggota mereka sendiri."6Bagi Paulus, pengadilan hukum Yahudi menawarkan satu model yang akan membawa lebih banyak keseragaman keadilan bagi umat Kristen daripada pengadilan sekuler.
Ayat 2. Meski Paulus secara jelas mengatakan bahwa orang Kristen harus menyelesaikan sengketa mereka di hadapan hakim-hakim mereka sendiri tanpa pergi ke hadapan pengadilan sekuler, namun argumen pendukung yang ia tawarkan tidak jelas. Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? tanyanya. Dua ulasan dapat membantu. Pertama, Rasul Paulus tampaknya mengacu kepada Daniel 7:22: "…keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi." Nas itu seperti yang diberikan dalam LXX, kai« thn kri÷sin e¡dwke toivß aJgi÷oiß tou uJyi÷stou (kai tēn krisin edōke tois hagiois tou hupsistou), "… dan ia menghakimi orang-orang kudus milik yang Mahatinggi," secara luas dipahami sebagai berarti bahwa Allah akan mengerahkan orang-orang pilihan dalam penghakiman di akhir zaman. Gordon D. Fee mengulas bahwa nas itu "diambil di keseluruhan variasi teks, termasuk Qumran."7Bagaimana tepatnya Allah akan melibatkan orang-orang kudus di penghakiman terakhir bukan pokok persoalan di sini. Itu hanya dinyatakan sebagai fakta bahwa mereka akan berpartisipasi dalam menghakimi dunia.
Kedua, argumen Paulus dibuat dari yang lebih besar kepada yang lebih kecil; yaitu, jika Allah akan melihat kepada orang Kristen ketika Ia menghakimi dunia, pastinya mereka mampu melakukan penghakiman dalam masalah yang lebih kecil. Orang Kristen tidak punya tanggung jawab untuk "menghakimi orang luar" di zaman kini; mereka harus "menghakimi orang-orang yang berada di dalam gereja" (5:12; NASB). Ketika Tuhan datang kembali dan semua umat manusia berdiri di hadapan Allah dalam penghakiman (2 Kor. 5:10), orang Kristen yang hidup saleh akan menghakimi manusia dengan cara yang sama kebenaran Nuh mendakwa dunia kuno sebelum air bah (Ibr. 11:7).
Paulus selanjutnya bertanya, Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? Pertanyaan ini menalar bahwa, karena orang-orang kudus akan mengambil bagian dalam menghakimi dunia, maka mereka memenuhi syarat untuk membuat keputusan dalam hal-hal yang lebih kecil. Gereja Korintus harus menyelesaikan perselisihan di antara mereka sendiri dalam komunitas Kristen. Ketetapan seperti itu atas pelbagai perselisihan kemungkinan besar lebih adil.
Ayat 3. Bahwa orang percaya yang hidup saleh akan melakukan penghakiman terakhir Allah atas umat manusia adalah hal yang cukup serius, tetapi Paulus menunjukkan bahwa penghormatan Hakim itu bagi orang-orang kudus-Nya bahkan melangkah lebih jauh. Beralih ke orang pertama, rasul itu bertanya, Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Baik 2 Petrus 2:4 maupun Yudas 6 bicara tentang malaikat yang berdosa. Kitab Suci menawarkan sedikit informasi di luar fakta itu bahwa beberapa malaikat telah berdosa dan bertanggung jawab atas pembe- rontakan mereka bahkan sebagaimana juga manusia. Dalam menyebutkan para malaikat yang akan dihakimi oleh orang-orang percaya, Paulus, Petrus, dan Yudas tidak mengacu kepada Iblis.
Peran tepat orang-orang Kristen dalam penghakiman "dunia" atau "malaikat" tidak dijelaskan. Paulus pastinya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Allah akan tunduk kepada hakim manusia jika vonis mereka berbeda dari vonis-Nya sendiri. Yang lebih masuk akal, orang Kristen yang hidup setia akan menghakimi dosa para malaikat dengan cara yang sama di mana hidup saleh mereka akan menghakimi dunia yang fasik (lihat Mat. 19:28; Ibr. 11:7). Acuan rasul itu kepada para malaikat memperkuat pertanyaan di 6:2. Umat Kristen Korintus memenuhi syarat untuk menghakimi ketika orang-orang dari kelompok mereka sendiri memiliki sengketa atas perkara-perkara biasa dalam hidup.
TFTWMS: 1Kor 6:4-8 - Perkara Hukum Adalah Untuk Mereka Yang Tidak Percaya Perkara Hukum Adalah Untuk Mereka Yang Tidak Percaya (1 Korintus 6:4-8)
4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu me...
Perkara Hukum Adalah Untuk Mereka Yang Tidak Percaya (1 Korintus 6:4-8)
4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat? 5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? 6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?
7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? 8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
Ayat 4. Pertanyaan retoris Paulus terus menekankan kemustahilan orang-orang kudus membawa sengketa duniawi mereka ke hadapan pengadilan sekuler. Perkara-perkara biasa (biwtika, biōtika) berkaitan dengan penyediaan kebutuhan untuk keluarga seseorang atau hubungan antar pribadi. Batas properti, kios yang dialokasikan di pasar, penyelesaian utang, atau upah yang disetujui bisa saja melibatkan orang-orang yang sebenarnya ramah ke dalam perselisihan. Konflik seperti itu bisa meluas menjadi kemarahan dan kepahitan. Persekutuan dan kesatuan gereja menjadi rusak ketika orang percaya terpaksa ke pengadilan duniawi yang dapat disuap dan disanjung untuk menyelesaikan pertikaian di antara mereka.
Paulus tidak sedang meremehkan sengketa yang timbul di antara orang-orang percaya, ia juga tidak sedang menyiratkan bahwa perselisihan seperti itu selalu dapat diselesaikan secara tegas sebagai masalah benar dan salah. Ia sedang mengatakan bahwa orang-orang terhormat dari kalangan gereja lebih mungkin memberikan keputusan yang adil yang dapat diterima oleh semua pihak daripada keputusan hakim duniawi. Alkitab NIV 1984 tidak menerjemahkan ayat 4 sebagai pertanyaan retoris. Dengan mengartikan kaqi÷zete (kathizete, "mengangkat") sebagai suatu keharusan, Alkitab NIV memberi terjemahan ini: "Oleh karena itu, jika kalian memiliki perselisihan tentang hal-hal seperti itu, angkatlah sebagai hakim bahkan kaum pria yang kurang penting di dalam gereja." Pengertiannya adalah bahwa gereja akan berbuat lebih baik untuk mengangkat para anggotanya yang kurang layak sebagai hakim daripada orang Kristen harus berpekara hukum atas satu sama lain di pengadilan sekuler. Bahkan yang kurang penting dari mereka dapat menangani perselisihan tentang hal-hal kehidupan sehari-hari secara lebih memadai daripada yang dapat dilakukan oleh orang-orang tidak percaya. Sulit untuk memutuskan apakah terjemahan NIV 1984 atau NASB yang lebih baik. Keduanya dengan baiknya cocok dengan konteksnya, namun NIV 1984 lebih cocok dengan harapan para pembaca bahwa Paulus akan menasihati para pendengarnya untuk menyelesaikan di dalam gereja pelbagai masalah pribadi.
Ayat 5. Rasul Paulus merasa ironis bahwa gereja Korintus bertindak seolah-olah mereka tidak mampu membuat penghakiman yang bijaksana saat perselisihan muncul di tengah-tengah para saudara itu. Dalam percekcokan mereka yang bersifat partisan itu, mereka telah menunjukkan opini hikmat mereka sendiri tinggi (lihat 3:18-20). Hal apakah yang sudah terjadi atas hikmat menurut penilaian diri sendiri ini? Mengapa hikmat itu sangat melimpah dalam argumen filosofis mereka tapi begitu kurang dalam hal-hal praktis untuk menyelesaikan perselisihan? Rasul Paulus mengharapkan hikmat itu dipraktikkan dalam hal kehidupan gereja.
Di antara pelbagai karunia rohani yang Paulus lihat di dalam diri orang-orang percaya ini terdapat penghakiman yang baik yang dapat membimbing mereka ketika perselisihan muncul. Beberapa orang secara jelas memiliki karunia "memimpin" (dari kube÷rnhsiß, kubernēsis), menurut 12:28. Kata ini menyiratkan kemampuan untuk membimbing, seperti nakhoda kapal yang mengarahkan kapal di jalur yang aman. Mereka yang memiliki karunia seperti itu perlu tampil pada kesempatan itu dan membimbing gereja di Korintus melalui masa-masa sulit. Penolakan orang yang memiliki karunia seperti itu untuk memikul tanggung jawab ini membuat imannya dipertanyakan. Saudara-saudara yang bijaksana tidak boleh ragu-ragu untuk memberikan penghakiman ketika gereja membutuhkan mereka. Jika gereja itu kekurangan orang-orang yang berhikmat atau tidak mau mencari orang-orang yang berhikmat untuk bimbingan, itu sungguh memalukan mereka.
Ayat 6. Di sepanjang penanganannya atas keadaan di mana seorang saudara berpekara hukum melawan seorang saudara di pengadilan sekuler, tidak percaya adalah reaksi Paulus. Masalahnya ada dua: orang-orang percaya yang berhikmat telah menunjukkan diri mereka malu-malu, dan orang Kristen yang berpikiran duniawi tidak bersedia untuk berkompromi mengatasi konflik itu. Akibatnya bukan hanya ada kemunafikan di dalam gereja itu, tetapi juga penghinaan secara terbuka: Saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain. Dengan membawa kasus mereka ke hadapan orang-orang yang tidak percaya, orang Kristen secara terbuka menyatakan bahwa mereka tidak punya orang di tengah-tengah mereka yang berhikmat atau yang cukup dipercaya untuk menghakimi hal-hal tersebut. Mereka mempertontonkan diri mereka sebagai orang yang serakah, egois yang sama seperti sebelum mengenal Kristus. Tuhan mengharapkan perilaku yang lebih baik dari mereka, seperti yang juga Paulus harapkan.
Ayat 7. Apa yang lebih mengganggu daripada saudara-saudara saling berpekara hukum di hadapan pejabat non-Kristen adalah mereka mengabaikan kemurahan hati dan pengampunan yang seharusnya menjadi sifat pergaulan antara orang-orang percaya. Gereja itu bukan hanya menolak untuk menyelesaikan sengketanya sendiri dengan mendatangi orang-orang berhikmat untuk minta bimbingan, tetapi mereka juga telah menunjukkan sikap persaingan. Tidak ada orang yang bersedia untuk mengabaikan hal yang paling kecil selama ada prospek keuntungan bagi diri mereka sendiri.
Telah merupakan kekalahan bagi kamu, kata Paulus, ketika saudara-saudara itu mengajukan perkara di antara … yang seorang terhadap yang lain. Yesus telah memberi contoh yang akan bagus bagi mereka untuk diikuti. Meski Ia kaya, namun demi mereka Yesus telah menjadi miskin sehingga mereka dapat menjadi kaya (2 Kor. 8:9). Jika seorang musuh meminta baju milik pengikut Kristus, Yesus berkata bahwa pengikut-Nya itu harus memberi juga mantelnya kepada musuh itu (Mat. 5:40). Ia menambahkan, "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu" (Mat. 5:42). Ketika orang percaya berpekara hukum melawan orang percaya, tidak ada pihak yang dapat menang.
Ketika seorang Kristen yakin bahwa sesama orang percaya telah melakukan ketidakadilan terhadap dia, satu pilihan bagi dia adalah mengabaikan masalah ini dan memaafkan pelanggaran itu. Jika seorang saudara berkeras menuntut upah yang lebih besar daripada yang berlaku, hal terbaik yang orang Kristen lakukan adalah memberi dia upah tambahan. Jika ia menyerobot tanah beberapa meter di luar batasnya yang telah ditetapkan, Yesus akan mengatakan untuk membiarkan dia memiliki tanah itu. Alih-alih berkeras pada keadilan yang ketat yang kita percaya menjadi hak kita, Paulus bertanya, Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
Apa sajakah batas-batas bagi kedermawanan ini? Apakah yang orang harus lakukan ketika keserakahan menguasai kesabaran dan kemurahan hati? Ketika niat baik dan kesediaan untuk mencapai kesepakatan dikalahkan, orang-orang berhikmat di dalam gereja harus tampil ke depan. Ketidakadilan yang dikeluhkan harus diselesaikan dalam komunitas orang percaya. Jalur tindakan seperti itu cocok bagi umat Kristen di zaman kini seperti halnya juga untuk umat Kristen di zaman dulu.
Ayat 8. Apa yang membangkitkan kemarahan Paulus adalah bahwa umat Kristen di Korintus lebih berniat menggunakan dasar teknis hukum setempat untuk memperkaya diri mereka sendiri daripada melihat keadilan ditegakkan. Alih-alih memperlihatkan kerelaan mereka untuk dirugikan demi perdamaian dan niat baik di tengah-tengah orang percaya, Paulus menuduh, Kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian. Sudah cukup buruk ketika orang percaya bersedia menekan keberuntungan mereka sendiri hingga ke titik ketidakadilan terhadap korban yang non-Kristen, tetapi beberapa orang Kristen di Korintus malah sedang memangsa orang yang seiman dengan mereka.
Tentu akan menarik untuk mendengar suara Paulus saat ia menatap mata para pelanggar itu dan berkata, Hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. Suatu ikatan kesatuan dan persaudaraan yang unik terwujud di tengah-tengah orang-orang percaya (Gal. 6:10). Ketika seorang Kristen melakukan ketidakadilan terhadap saudara yang beriman juga kepada Yesus sebagai Tuhan, itu merupakan tindakan tercela ganda karena seluruh tubuh itu menderita. Paulus menunjukkan bahwa konfrontasi dengan dosa dan ketidakadilan kadang-kadang membutuhkan lebih daripada argumentasi yang tenang dan sikap mengalah. Rasul Paulus tidak ingin ambil bagian dalam cara gereja Korintus itu berperilaku dalam hal ini. Ia melihat respons ini sebagai bertentangan dengan tubuh Kristus.
TFTWMS: 1Kor 6:9-11 - Kerajaan Itu Untuk Orang Benar Kerajaan Itu Untuk Orang Benar (1 Korintus 6:9-11)
9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kera...
Kerajaan Itu Untuk Orang Benar (1 Korintus 6:9-11)
9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, 10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
Ayat 9. Saudara-saudara ini sedang ditegur karena berpekara hukum terhadap satu sama lain dan menipu satu sama lain untuk keuntungan pribadi, dengan mengorbankan kasih persaudaraan dan kesatuan. Supaya tidak ada orang yang akan melihat keprihatinannya itu sebagai masalah kecil, Paulus mengelompokkan perilaku ini dengan tindakan yang secara tidak dapat disangkal diakui sebagai dosa. Ia menegaskan bahwa orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit tidak akan "mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (6:10). Ia memasukkan bersama mereka orang-orang yang tidak adil yang berniat untuk menipu orang lain dan tidak mau membiarkan diri mereka dirugikan demi perdamaian.
Paulus mengajukan pertanyaan retoris. Maksudnya, "Tentu saja, kamu tahu bahwa mereka yang bersalah atas kejahatan, percabulan yang menyolok dan terbiasa, tidak mendapat bagian di dalam Kerajaan Allah. Mereka yang melakukan ketidakadilan di pengadilan orang tidak percaya adalah tidak berbeda. "
Apakah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah? Ungkapan itu merupakan dasar utama di dalam khotbah Yesus dan muncul berulang kali di dalam Catatan injil, meski jarang terdapat di Yohanes (lihat Yoh. 3:3, 5)."Kerajaan Allah" juga disebutkan enam kali di dalam Kisah Para Rasul. Paulus kadang-kadang menggunakan frasa itu, lebih banyak di dalam 1 Korintus daripada di tempat lain (4:20; 6:9, 10; 15:50).
Dalam satu pengertian, Kerajaan Allah masih akan datang. Itu akan diwariskan kepada orang yang setia. Kerajaan itu akan direalisasikan sepenuhnya pada waktu akhir. Dalam arti lain, Kerajaan Allah sudah ada. Itu hadir di mana pun umat Allah hadir (lihat 4:20; Kol. 1:13). Paulus sedang memperingatkan bahwa menjadi bagian dari kerajaan Allah harus jangan membuai siapa saja untuk tidur. Orang Kristen harus selalu tetap waspada; dosa dan warisan hidup kekal tidak dapat jalan seiring, baik di zaman ini atau di zaman yang akan datang. Argumen yang cerdas bisa menipu beberapa orang sehingga mereka meremehkan dosa, tetapi Paulus meyakinkan para pembacanya bahwa yang menjadi taruhannya tidak kurang daripada keselamatan kekal. Perilaku yang ia cantumkan itu memisahkan semua orang yang melakukan pelbagai perbuatan itu dari Kerajaan Allah.
Dari lima dosa yang disebutkan dalam ayat 9, empat dosa bersifat seksual. Percabulan dan perzinahan adalah dosa heteroseksual; dua yang terakhir adalah dosa homoseksual. Dalam Perjanjian Baru, "percabulan" adalah kata umum untuk keintiman seksual di luar nikah. Perzinahan secara lebih khusus merupakan keintiman seksual antara seorang pria dan seorang wanita yang sudah menikah, tetapi tidak dengan satu sama lain. Berbagai dosa seperti itu sering dilakukan di Korintus, bahkan atas nama agama. Orang-orang Yahudi dengan benarnya merasa jijik terhadap kemesuman dunia pagan.
Kata malako÷ß (malakos, "banci"), dalam arti umum, mengacu secara harfiah kepada pakaian yang lembut atau barang-barang lain yang tidak keras bila disentuh. Kata itu akhirnya digunakan untuk anak muda dan anak laki-laki yang menjadi pasangan— apakah sukarela atau tidak sukarela, apakah dibayar atau dengan kesepakatan—dalam hubungan homoseks.8Terjemahan Alkitab NIV, "laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki," membatasi terlalu sempit kata itu. Kata itu juga dapat mengacu kepada cara kebanci-bancian yang ditampilkan oleh laki-laki homoseksual.
Paulus tampaknya memadukan istilah kedua, yang diterjemahkan "homoseksual" (ajrsenokoi÷thß, arsenokoitēs, dari a‡rshn, arsēn, "laki-laki," dan koi÷th, koitē, "hubungan seksual"). Mungkin ia menggunakan istilah dari Imamat 18:23; 20:13 dalam LXX. Setelah melakukan pekerjaan eksegetis yang hati-hati, David E. Malick mencapai kesimpulan ini tentang dua kata itu:
Mereka menggambarkan pihak yang aktif dan pasif dalam hubungan homoseksual. Acuan mereka mencakup penyalahgunaan perjantanan [hubungan antara laki-laki dewasa dan bocah laki-laki] tetapi bisa juga menunjukkan kegiatan bersama yang lebih luas, hubungan seks sesama jenis dari sudut pandang budaya Kitab Suci Ibrani, terutama Imamat 18:22 dan 20:13.9
Betapapun modernnya kaum pembela homoseksualitas mungkin mencoba untuk menyangkal atau menafsirkan kata-kata Paulus itu, rasul itu percaya bahwa melakukan homoseksualitas adalah perilaku yang tidak dapat diterima oleh orang Kristen.
Bahkan jika beberapa orang dilahirkan dengan kecenderungan kepada homoseksualitas, itu tidak menjadikan perbuatan homoseksualitas diterima dari sudut pandang Kristen. Manusia juga lahir dengan kecenderungan untuk menjadi egois, mencuri, menyerah kepada kecanduan, dan merugikan orang lain. Banyak dari etika Kristen berisi pengekangan "alami" atas kecenderungan manusia. Stanley J. Grenz menyatakannya dengan baik seperti ini:
[Etika] bukan sekedar membolehkan apa yang muncul secara alami.… Meski beberapa peneliti menyimpulkan bahwa laki-laki secara alami ingin berhubungan seks tanpa kendali, [namun] kecenderungan yang dianggap alami ini tidak mengesampingkan etika Alkitab tentang kesetiaan.10
Begitu juga halnya, kecenderungan alami kepada homoseksual tidak membenarkan praktik itu.
Tentu mengejutkan bagi Paulus untuk memasukkan penyembahan berhala ke dalam daftar yang berisi empat dosa seksual. Kemungkinan besar ia melakukan itu karena ritual mesum itu sering dikaitkan dengan fesitival-festival keagamaan kaum pagan. Di dalam Perjanjian Lama, pelacuran sakral merupakan ciri-ciri pemujaan kesuburan yang berakar dalam yang dipersembahkan kepada Baal dan istrinya. Praktik ini secara khusus menjijikkan karena kaum laki-laki dan kaum perempuan Yahudi yang biasanya hidup terhormat ditarik ke dalam praktik itu. "Sudahkah engkau melihat apa yang dilakukan oleh orang Israel yang tidak beriman?" tanya Yeremia. "Dia naik ke atas setiap bukit yang menjulang dan pergi ke bawah setiap pohon yang rimbun untuk bersundal di sana?" (Yer. 3:6). Nabi itu tidak sedang bicara secara kiasan. Orang Yunani juga mempersembahkan ritual pesta-pora kepada Dionysus dan dewa-dewa lainnya.
Ayat 10. Rasul Paulus biasanya sering mencatat daftar dosa, meski ia kadang-kadang mencantumkan juga beberapa kebajikan (lihat Gal. 5:19-23). Ia beralih dari dosa-dosa seksual kepada beberapa cara lain di mana orang-orang dapat saling menyalahkan dan merugikan diri mereka sendiri. Orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu juga terdapat di dalam daftar sebelumnya (1 Kor. 5:11). Sebagaimana pencurian merupakan akibat dari ketamakan, cara hidup orang Kristen tumbuh dari iman yang dianut oleh komunitas umat Allah. Dalam pandangan Paulus, pengakuan tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup. Orang yang gagal mempraktikkan iman Kristen mengakibatkan dia hilang dari Kerajaan Allah.
Ayat 11. Paulus, sebagai rasul Yesus Kristus, tidak akan menyajikan di hadapan para pembacanya kengerian dosa tanpa membawa subjek itu kembali kepada penebusan. Ia mengingatkan para pembacanya bahwa mereka telah disucikan dan diselamatkan dalam nama Yesus. Meski Paulus tidak menyukai adanya kemungkinan saudara berpekara hukum terhadap saudara lainnya, ia mengingatkan para pembacanya bahwa berada di dalam Kristus membuka jalan bagi mereka untuk menuju kepada sesuatu yang lebih baik. Perilaku umat Kristen di Korintus mencerminkan agenda keserakahan, tapi rasul Paulus mengimbau naluri mereka yang lebih baik. Selain sedang dalam perjalanan menuju hidup yang kekal, mereka juga telah dipanggil oleh Allah kepada kehidupan citra diri yang memadai di dunia ini. Paulus sadar "bahwa Allah dapat memberi orang Kristen kekuatan yang cukup untuk melawan keinginan dosa, bahkan jika mereka terus memiliki keinginan itu.… Kristus membebaskan orang percaya dari kecanduan dosa sehingga mereka memiliki pilihan terhadap tindakan mereka."11
Kuasa mengubah dari injil dapat mengubah manusia paling berdosa menjadi anak-anak Allah yang kudus dan dibenarkan. Rasul itu mempertahankan keseimbangan yang indah antara inisiatif yang Allah telah ambil untuk mendatangkan keselamatan dalam keluarga manusia dan tanggung jawab yang orang-orang selamat harus jalankan sehingga dimuliakan. Kekuatan gereja terdapat di dalam kesalehan sederhana pada setiap orang percaya dan kepercayaan kepada Allah.
Beberapa tahun setelah Paulus mengungkapkan keyakinan ini kepada Allah, seorang penatua di gereja di Roma menulis tentang kepercayaannya kepada pemeliharaan yang Allah sediakan. Ia membacakan doa berikut ini dalam sebuah surat kepada gereja di Korintus, yang bertanggal dekade terakhir abad pertama:
Berikanlah kepada kami, ya Tuhan, supaya kami dapat meletakkan harapan kami pada Nama-Mu yang adalah sumber utama semua ciptaan, dan bukalah mata hati kami, agar kami boleh mengenal Engkau, satu-satunya yang bersemayam di tempat yang maha tinggi, yang maha kudus; yang merendahkan keangkuhan orang yang sombong: yang membubarkan khayalan bangsa-bangsa; yang mening-gikan orang yang rendah hati, dan yang merendahkan orang yang tinggi hati; yang menjadikan orang kaya dan miskin; yang mematikan dan menghidupkan; yang satu-satunya Pelindung para roh dan Allah segala makhluk; yang memandang ke dalam jurang maut, yang meneliti perbuatan manusia; Penolong mereka yang berada dalam bahaya, Juruselamat mereka yang putus asa; Pencipta dan Pengawas setiap roh; yang melipatgandakan bangsa-bangsa di atas bumi, dan dari semua manusia telah memilih orang-orang yang mengasihi Engkau melalui Yesus Kristus, Putra-Mu yang kekasih, melalui siapa Engkau mengajar kami, menyucikan kami, dan meninggikan kami.12
Banyaknya acuan Alkitab kepada penyucian dan air dalam konteks baptisan membuat hal itu jelas bahwa Paulus dan para pembacanya mengaitkan keadaan disucikan dengan baptisan. Paulus melanjutkan dengan mengatakan, Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan (lihat Kisah 22:16; Tit. 3:5). Wayne A. Meeks mengatakannya seperti ini:
Semua orang yang masuk ke dalam komunitas yang murni itu harus melakukannya dengan cara "disucikan" dan "dikuduskan" dan "dibenarkan" (1 Kor. 6:11). Selanjutnya, seluruh ritual itu melambangkan mati dan bangkit bersama Kristus.… Jadi, jelasnya, baptisan adalah ritual yang menetapkan garis batas.13
Laku baptisan lahiriah tidak dapat dipisahkan dari sikap batin berupa iman, kasih, dan ketundukan yang ditegaskan dalam baptisan. Penguburan di dalam air dikaitkan dengan sifat rohani pertobatan.
Pengetahuan Paulus yang sangat dalam tentang Perjanjian Lama terlihat ketika ia membuat acuan sepintas kepada dalam nama Tuhan Yesus Kristus. "Nama" melambangkan Tuhan itu sendiri. Dengan mengutip nama Juruselamat, Paulus menegaskan Yesus sebagai agen bagi penyucian, pengudusan, dan pembenaran.14Karya mediasi Roh menempa ikatan antara Allah dan umat-Nya. Keadaan orang-orang ini di dalam Kristus berbeda sama sekali dari keadaan mereka sebelumnya sebagai anak-anak zaman ini. Fee berkata, "Bagi Paulus harus ada hubungan yang sedekat mungkin antara pengalaman kasih karunia dan perilaku orang yang membuktikan pengalaman kasih karunia itu."15
MENGHINDARI DOSA SEKSUAL (1 Korintus 6:12-20)16
Sebuah surat biasanya tidak memiliki struktur formal risalah. Dalam sebuah surat seorang penulis dapat menyisipkan pokok pikiran yang hanya secara samar-samar berhubungan dengan masalah sebelumnya dan berikutnya. Tampaknya itu adalah apa yang Paulus lakukan di bagian terakhir 1 Korintus 6. Mengapa hanya di sini Paulus mengalihkan perhatiannya kepada kebiasaan seksual di Korintus dan respons Kristen terhadap kebiasaan itu? Persoalan bersekutu dengan orang yang tinggal dengan istri ayahnya masih segar dalam ingatannya (5:1), dan berpekara hukum terhadap seorang saudara telah ia samakan dengan percabulan dan penyembahan berhala. Beberapa orang di gereja ingin memisahkan hubungan manusia dengan Allah dan apa yang mereka anggap sebagai fungsi tubuh belaka. Paulus tidak akan membiarkan pemisahan ini terjadi. Menurut Paulus, percabulan adalah dosa yang secara khusus melemahkan jiwa; dosa itu pada tingkat kedalaman tertentu merusak jiwa orang-orang yang melakukannya. Dosa itu melibatkan tubuh, pikiran, dan jiwa dalam merusak secara keseluruhan (lihat 6:18).
Banyak bukti menunjukkan rendahnya moralitas di dalam budaya sekuler Yunani-Romawi, khususnya di Korintus. Pelacuran dipraktikkan secara luas, tubuh budak perempuan menjadi milik pemiliknya, homoseksualitas diejek tapi ditoleransi, perceraian tidak ditentang, dan aborsi serta paparan pada anak-anak merupakan hal biasa. Rasul itu merasa terdorong untuk menyisipkan beberapa kata-kata yang keras dan mengambil sikap yang jelas mengenai respons Kristen terhadap percabulan yang menyebar ke mana-mana.
TFTWMS: 1Kor 6:12-17 - Penjelasan Paulus Penjelasan Paulus (1 Korintus 6:12-17)
Kemarahan Paulus terhadap perbuatan seorang saudara yang berpekara hukum terhadap saudaranya di hadapan orang-...
Penjelasan Paulus (1 Korintus 6:12-17)
Kemarahan Paulus terhadap perbuatan seorang saudara yang berpekara hukum terhadap saudaranya di hadapan orang-orang tidak percaya membawa ke dalam diskusi yang lebih umum tentang kejahatan. Paulus mengelompokkan orang-orang yang melakukan ketidakadilan dalam masalah hukum dengan orang-orang cabul, penyembah berhala, pencuri, dan pezinah (6:9, 10). Penghakiman Allah menanti mereka yang terlibat dalam perbuatan seperti itu; mereka tidak memiliki tempat di dalam kerajaan Allah. Beberapa orang Kristen di Korintus telah terlibat di dalam pesta pora seperti itu di masa lalu; tapi mereka telah disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan.
Karya seni dari dunia Yunani-Romawi mengungkapkan keasyikan kaum itu dengan aktivitas seksual. Beberapa artefak yang digali oleh para arkeolog, lukisan-lukisan di vas, dan literatur memberikan kesaksian yang sama. Orang-orang yang hidup pada waktu itu tidak unik dalam hal ini, tapi periode sejarah itu tampaknya telah lebih memperlihatkan pengumbaran seks daripada periode lainnya. Dunia Barat modern punya kesamaan dengan dunia Yunani-Romawi kuno dalam keasyikan melakukan seks tanpa komitmen. Paulus menyinggung percabulan bukan karena itu lebih keji daripada dosa lainnya, tapi karena itu sangat merajalela di dalam budaya itu dan karena itu sangat merusak tatanan masyarakat dan kesejahteraan kaum itu.
12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. 13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. 14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. 15 Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! 16 Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging." 17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
Ayat 12, 13. Ulasan rasul itu bahwa orang Kristen adalah umat yang disucikan dan dikuduskan menuntun dia untuk menghadapi mereka yang cenderung membela kesenangan kepada sensualitas masyarakat pagan yang merebak. Kata pembukaannya dalam konfrontasi itu, Segala sesuatu halal bagiku, akan sulit untuk dipahami sebagai deklarasi spontan. Konsesi seperti itu tidak akan mendukung kasus Paulus. Beberapa terjemahan, seperti NRSV dan NIV (2011), menempatkan frasa di ayat 12 ini dan frasa lainnya di ayat 13 dalam tanda kutip. Dengan demikian, para penerjemah itu menyatakan pendapat mereka bahwa rasul Paulus sedang mengutip slogan-slogan yang digunakan oleh mereka yang membela hubungan seks bebas.
Paulus menanggapi sikap yang memburu kesenangan itu dengan mengutip slogan mereka, tetapi kemudian menunjukkan kesalahannya: bukan semuanya berguna.
"Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita," tulisnya sebelumnya (Gal. 5:1). Sesungguhnya, dalam satu pengertian, "segala sesuatu adalah halal" bagi orang Kristen; tapi kepedulian murid Kristus lebih daripada hukum. Ia ingin melakukan apa yang berguna, apa yang membangun, apa yang memperkaya kehidupan. Tanpa mengakui bahwa percabulan adalah halal, Paulus menunjukkan bahwa, bahkan jika itu adalah halal, itu tidak akan berguna. Berdasarkan sifat ketaatan orang Kristen, jika suatu perilaku tidak lulus uji kebergunaan, maka perilaku itu tidak halal. Pemanjaan seks tanpa kendali, seperti dosa-dosa lainnya, memiliki cara untuk menguasai seseorang. "Setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa," kata Yesus (Yoh. 8:34). Paulus menyatakan, Aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. Kristus adalah Tuan atas kehidupan rasul Paulus, dan ia tahu bahwa tidak ada orang yang dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24).
Slogan Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan tidak benar-benar tentang makanan. Argumennya adalah bahwa hasrat seks menuntut pemuasan sebagaimana halnya rasa lapar menuntut makan. Karena baik seks maupun makan adalah keinginan alami, maka menuruti keinginan yang satu dipandang sebagai tidak lebih berdosa daripada menuruti keinginan yang lainnya. Paulus hanya setuju sebagian: Slogan itu perlu dipertimbangkan dalam terang penghakiman Allah atas semua pemanjaan diri. Selera terhadap makanan bukan lisensi untuk kerakusan, dan keinginan terhadap seks bukan lisensi untuk percabulan. Allah telah menyediakan pemenuhan bagi kedua selera itu dengan pembatasan. Tubuh dan seleranya milik Tuhan. Orang Kristen harus mengaturnya dalam konteks ajaran-Nya. Slogan itu tidak terlalu menginspirasi percabulan tetapi lebih merupakan upaya untuk membenarkan praktik yang saudara-saudara ini telah bawa dari kehidupan musyrik mereka sebelumnya.
Ayat 14. Eskatologi (ajaran tentang kedatangan Tuhan, penghakiman, dan akhir zaman) dalam Perjanjian Baru mendesak orang Kristen untuk menjalani hidup yang saleh. Petrus menyimpulkan gambarannya tentang "hari Tuhan" dalam 2 Petrus 3:10-12 dengan mengatakan, "Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup.…" Demikian pula, Paulus menyusulkan pengingatnya bahwa tubuh adalah untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh dengan menarik perhatian para pembacanya kepada hari penghakiman: Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. Ketika Ia membangkitkan umat manusia, masing-masing orang akan "menghadap takhta pengadilan Kristus" (2 Kor. 5:10). Pemanjaan diri dengan mengorbankan kepentingan sesama adalah lebih dari pemuasan selera. Hal ini menentang rencana kekal Allah.
Ayat 15. Jika peringatan Paulus itu dapat menjadi petunjuk apa saja tentang kekurangan spiritual di antara orang Kristen di Korintus, maka aman untuk mengatakan bahwa beberapa dari mereka mempraktikkan dan membela penggunaan pelacur.
Korintus merupakan persimpangan bagi perdagangan dan filsafat populer. Pelacuran mungkin entah bagaimana telah lebih umum di sebuah pusat perdagangan seperti Korintus daripada di kota-kota lain dengan ukuran yang sebanding, tapi setiap kota Yunani memiliki pasar untuk tubuh manusia. Hanya orang yang naif yang akan mengira praktik itu sebagai kurang lazim di dunia saat ini.
Meski rasul itu telah menolak slogan dari mereka yang berusaha untuk membenarkan seks komersial, ia melanjutkan pendapatnya bahwa slogan itu tidak dapat dipertahankan untuk umat Tuhan. Orang Kristen berbagi kesatuan dengan Juruselamat yang telah menebus umat-Nya dari dosa. Rasul Paulus memahami tubuh dan jiwa sebagai satu unit. Tubuhmu, rasul itu menyatakan—bukan "rohmu," seolah-olah jiwa seseorang itu entitas yang terpisah—adalah anggota Kristus. Apa yang seseorang lakukan, apakah baik atau buruk, adalah tubuh Kristus yang sedang melakukannya. Belakangan di dalam surat yang sama ini, Paulus menulis, "Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya" (12:27). Saudara dan saudari ikut terlibat dalam perilaku individu; itu adalah cara Tuhan merancang gereja. Dalam pertanyaan retoris di 6:15, Paulus berfokus pada dampak yang sangat besar dari seks komersial: Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Pertanyaan itu sendiri adalah suatu kemarahan. Sekali-kali tidak [mh ge÷noito, mēgenoito]! Jawab rasul itu. Bagi orang Kristen, pilihan moral tidak pernah tentang diri sendiri. Perilaku setiap orang berdampak pada semua orang.
Ayat 16. Apa yang orang perbuat secara fisik berdampak pada keseluruhan orang itu. Sama seperti tindakan jasmani baptisan tidak dapat dipisahkan dari iman rohani dan penyerahan kepada Kristus, demikian pula perbuatan yang dilakukan dalam tubuh tidak dapat dipisahkan dari kesatuan rohani orang itu dengan Kristus. Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? tanya Paulus. Tubuh orang Kristen terikat dalam komunitas orang percaya, dan kumpulan orang Kristen adalah tubuh Kristus.
Apa yang ia sedang ingatkan kepada gereja Korintus adalah bahwa mereka sendiri ("kita"—6:14) adalah anggota Kristus—meski tepatnya mereka sendiri sebagai makhluk hidup, yang keterlibatan secara jasmani menunjukkan kualitas dan karakter komitmen dan pemuridan mereka.17
Percabulan, Paulus berpendapat dalam 6:16, bukan perbuatan fisik semata. Ia mengutip Kejadian 2:24: "Keduanya akan menjadi satu daging." Bergaul dengan pelacur menodai keseluruhan orang yang melakukan dosa itu. Berhubungan seks dengan pelacur adalah sama dengan menjadi anggota tubuh Kristus dengan kemesuman. Paulus tidak sedang bicara secara teoritis; pelacuran berakar kuat di dalam masyarakat dan bahkan kehidupan beragama di kota-kota Yunani. Beberapa orang di zaman kini mencoba untuk membenarkan berbagai praktik yang merendahkan manusia dan menjadikan seseorang objek bagi kepuasan fisik orang lain, tetapi setiap upaya seperti itu merusak moralitas Alkitab. "Tidak ada hal seperti seks bebas yang tidak memiliki konsekuensi kekal, bahkan ketika pasangan itu tidak berniat membentuk ikatan bersama."18Apakah saudara-saudara ini "tidak tahu" mereka adalah tubuh Kristus dan perlu menjaga kemurnian diri mereka? Tentu saja mereka tahu!
Ayat 17. Paulus menggunakan kata yang sama (kolla÷omai, kollaomai) untuk menunjukkan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang pelacur dan bersatunya seorang Kristen dengan Kristus. Sungguh ini sepenuhnya suatu ejekan kepada Kristus dan umat-Nya bila seorang laki-laki yang sebelumnya sudah mengikatkan dirinya pada Tuhan tapi kemudian ia mengikatkan dirinya kepada pelacur. Menjadi milik Tuhan adalah sama dengan menjadi satu roh dengan Dia. Mengikatkan diri kepada pelacur setelah itu adalah sama dengan melakukan kebohongan tentang kemanunggalan kesatuan dengan Kristus.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PASAL 6 MENGHINDARI DOSA
Paulus, rasul untuk bangsa-bangsa lain, adalah pengkhotbah, bukan filsuf. Dalam 1 Korintus ia menyajikan teologi injil, teta...
PASAL 6 MENGHINDARI DOSA
Paulus, rasul untuk bangsa-bangsa lain, adalah pengkhotbah, bukan filsuf. Dalam 1 Korintus ia menyajikan teologi injil, tetapi ia menghabiskan sedikit waktu untuk menjelaskan rinciannya. Banyak orang Kristen di Korintus memiliki pengetahuan langsung dari masyarakat pagan mereka. Mereka itu orang yang praktis yang berjaga-jaga atas dan mengurus masalah mereka sendiri. Sebagian besar pembaca Paulus tidak berada di tingkat terendah dalam kehidupan sosial ekonomi Yunani, mereka adalah orang yang bekerja keras dengan tangan sendiri untuk bertahan hidup. Mereka cukup makmur, dan mereka mengetahui apa yang sedang terjadi di kalangan filsafat canggih yang berkembang di persimpangan dunia Romawi ini. Paulus memimpin mereka keluar dari cara hidup pagan yang berakar kuat untuk menaati injil, pesan dari satu-satunya Allah yang benar yang telah mengutus Anak-Nya untuk menebus mereka dari dosa. Penerimaan injil oleh mereka adalah titik awal yang penting bagi mereka.
Orang-orang di Korintus yang datang kepada Kristus melakukan banyak penyesuaian. Selain merangkul ide-ide baru tentang sifat ke-Ilahan, mereka juga harus belajar bagaimana menyikapi satu sama lain sebagai umat Allah. Rasa frustrasi Paulus dalam 1 Korintus adalah bahwa sesamanya orang percaya itu sedang membuat kemajuan yang sangat lambat. Mereka bertumbuh dengan loyalitas kepada guru-guru favorit. Mereka meniru kaum pagan yang sezaman dengan memecah diri mereka ke dalam golongan-golongan, bahkan ketika perbedaan itu lebih banyak berkaitan dengan prasangka pribadi daripada ajaran yang sebenarnya. Mereka mengorbankan kesatuan komunitas Kristen untuk mengesankan satu sama lain dengan kecanggihan dan kesenangan mereka terhadap perbedaan yang halus antara satu kata dengan kata lainnya.
MENGHINDARI PERKARA HUKUM TERHADAP SESAMA ORANG KRISTEN (1 Korintus 6:1-11)1
Sementara orang-orang percaya mempertengkarkan loyalitas kepada guru-guru, mereka mengabaikan kepedulian terhadap etika yang mengancam untuk merusak kehidupan yang saleh. Ada dua hal yang mengilustrasikan kebutuhan gereja ini untuk meninggalkan cara lama hidup mereka dan mengadopsi cara baru. (1) Umat Kristen Korintus menoleransi seorang laki-laki, salah satu dari anggota mereka, yang hidup secara terbuka dengan istri ayahnya. (2) Saudara-saudara itu menyelesaikan perkara hukum antara diri mereka dengan membawa perkara itu ke hadapan pengadilan orang-orang tidak percaya.
Keadaan sebenarnya yang dihadapi oleh gereja Korintus kemungkinan besar tidak berkembang di gereja lain mana saja, baik zaman dulu maupun kini. Namun, instruksi Paulus tetap relevan bagi mereka sekarang ini yang harus menangani masalah etika, apa pun bentuknya. Allah telah memberi orang Kristen tanggung jawab untuk menyaring prinsip-prinsip dari pokok-pokok pikiran yang dibahas oleh Paulus. Prinsip-prinsip ini harus memandu kita ketika kita memiliki masalah yang sama. Paulus sangat menyadari adanya ketegangan antara praktik lama kaum pagan dan doktrin serta moralitas baru Kristen. Ia menuntut orang Kristen untuk berperilaku secara berbeda daripada kebiasaan mereka selama ini. Contoh ini memiliki implikasi penting bagi orang Kristen di setiap waktu dan tempat.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN (1 KORINTUS 6)
Orang Kristen Dan Pengadilan
Pemerintahan, hukum dan ketertiban, sistem pengadilan, dan lembaga-lembaga sosial adalah sanga...
PENERAPAN (1 KORINTUS 6)
Orang Kristen Dan Pengadilan
Pemerintahan, hukum dan ketertiban, sistem pengadilan, dan lembaga-lembaga sosial adalah sangat berbeda di sebagian besar tempat sekarang ini daripada keadaannya dahulu di dunia Yunani-Romawi di mana Paulus dan para pembaca mula-mulanya hidup. Dengan demikian, sulit untuk mengalihkan teguran Paulus tentang saudara yang menuntut saudaranya ke pengadilan ke dalam pelbagai budaya lain. Kata-kata Paulus itu harus diterapkan dengan hati-hati.
Sengketa hukum bisa saja melibatkan pihak yang mengambil keuntungan alasan-alasan teknis untuk mengklaim properti atau hak-hak orang lain. Apa yang legal belum tentu dapat dipertahankan secara moral. Mereka yang memiliki banyak uang dan sumber daya mungkin dapat mengklaim apa yang menjadi milik tetangganya. Mengambil keuntungan dari ketidakberdayaan, kebodohan, atau kemiskinan orang lain untuk keuntungan sendiri adalah sama dengan mengundang murka Allah. Raja Ahab mendambakan kebun anggur milik Nabot (1 Raja 21:1, 2). Ketika Nabot menolak untuk menjualnya, Izebel istri Ahab menyewa saksi palsu terhadap Nabot dan berhasil merajam dia. Allah menetapkan bahwa pasangan kerajaan itu akan membayar dosa-dosa mereka (1 Raja 21:9-23).
Sebaliknya, dua orang yang bermaksud baik bisa jadi melihat situasi yang sama secara berbeda. Keduanya mungkin saja yakin bahwa mereka benar. Jika kedua belah pihak itu adalah orang Kristen, nasihat Paulus adalah bahwa mereka harus bicara satu sama lain sebagai orang yang berpikiran sehat, masing-masing siap untuk mengalah. Lebih baik untuk "dirugikan," kata Paulus (1 Korintus 6:7b), daripada membiarkan perselisihan tersebut menjadi hambatan di antara saudara-saudara itu. Jika kesepakatan bersama tidak dapat dicapai, rasul itu menegaskan bahwa saudara-saudara itu mempresentasikan kasus mereka di hadapan orang-orang bijaksana di gereja itu. Dengan sikap Kristus, kedua belah pihak harus menerima penghakiman mereka.
Hanya dalam kasus yang ekstrim orang percaya akan dibenarkan dalam memperkarakan saudaranya di hadapan pengadilan sekuler. Ini harus menjadi pilihan terakhir, ketika salah satu pihak yang bersengketa itu menolak untuk berunding dengan itikad baik dan menolak penghakiman dari sesama orang Kristen. Terlibat saja dalam kasus seperti itu akan sudah menjadi kekalahan (6:7a). Sebuah jemaat mungkin perlu mempertimbangkan tindakan pendisiplinan terhadap saudara yang menunjukkan keserakahan dan pengabaian seperti itu untuk nama baik gereja Tuhan.
Rasa Malu Dan Kehormatan
Rasa malu, rasa bersalah, kehormatan, kebanggaan, dan hati nurani yang baik memiliki dimensi psikologis dan sosial. Secara psikologis, orang dapat memiliki perasaan batin, pribadi tentang kebanggaan atau rasa bersalah dalam merespons tindakan atau perilaku tertentu. Pada saat yang sama, ia menyadari apa yang orang lain pikirkan tentang apa yang ia telah lakukan. Rasa malu dan kehormatan mencerminkan bagaimana orang dipandang oleh teman-teman dan keluarga. Budaya modern sangat berbeda dari budaya dunia Yunani-Romawi kuno dalam cara orang memandang rasa bersalah atau hati nurani yang baik. Dimensi sosial dari sifat-sifat ini lebih ditandai di dunia kuno daripada yang cenderung dilakukan di zaman kini. Kepedulian terhadap status sosial ini dapat dilihat dalam doa lama orang Yahudi ini: "Dan janganlah bawa aku ke dalam tangan dosa, juga jangan ke dalam tangan kelaliman atau ke dalam tangan pencobaan, atau ke dalam tangan kehinaan."22
Ketika Paulus memberitahu gereja Korintus, "Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu" (6:5), ia tidak sedang memberitahu mereka bahwa suara lirih, batin tertentu akan menegur mereka. Rasa malu bagi Paulus dan para pembaca mula-mulanya bukanlah masalah pribadi. Dosa yang terbuka akan membawa aib ke atas komunitas Kristen mereka, baik di hadapan jemaat lain maupun di hadapan dunia yang tidak percaya. Ketika seorang saudara berpekara hukum terhadap saudaranya, reputasi gereja secara keseluruhan dirusak. Rasa malu adalah masalah sosial.
Dimensi iman yang bersifat psikologis dan sosial adalah penting untuk hidup dalam hubungan yang tetap selamat dengan Allah. Namun begitu, selama berabad-abad, dimensi sosial telah berkurang dalam kesadaran orang Kristen. Pertanyaan umum "Apakah Yesus Juruselamat pribadi Anda?" tampaknya menyiratkan bahwa bagai-mana perasaan seseorang terhadap Tuhan adalah yang paling penting dan tidak memiliki konsekuensi terhadap kehidupan gereja. Sebaliknya, menjadi orang Kristen meminta orang untuk ikut ambil bagian dalam persekutuan orang percaya, melayani sebagai bagian penting dari sebuah gereja (lihat 1 Kor. 12:12, 13). Pengalaman rasa malu, rasa bersalah, rasa dihormati, rasa bangga, atau hati nurani yang baik datang dalam konteks berada di dalam sebuah komunitas Kristen.
Homoseksualitas
Di antara mereka yang Paulus katakan akan "tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" adalah "banci" dan "homoseksual [pemburit]" (6:9). Artinya jelas. Kata yang para penerjemah NASB terjemahkan "banci" secara harfiah berarti "laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki." Apa pun yang dipercaya orang tentang kuasa Kitab Suci atau Alkitab yang diilhami oleh Allah, kata-kata itu tidak memberi ruang bagi siapa saja untuk berpendapat bahwa Alkitab adalah netral tentang persetujuan moral mengenai perbuatan homoseksual.
Beberapa orang berusaha membenarkan praktik homoseksual dengan menegaskan bahwa Allah telah membuat mereka seperti itu. Argumen mereka adalah bahwa homoseksualitas adalah bawaan, seperti warna rambut atau perawakan adalah bawaan. Orang Kristen berkeras bahwa sifat fisik seperti warna rambut alami adalah tidak sama dengan perbuatan homoseksualitas, karena yang belakangan adalah kecenderungan seseorang yang boleh atau tidak boleh ia pilih untuk diikuti. Jika ukuran bagi manfaat suatu perbuatan ditentukan oleh kecenderungan seseorang, maka benar dan salah akan kehilangan seluruh maknanya. Orang boleh jadi berkeras bahwa ia lahir lebih tamak daripada orang lain, sehingga pencurian seharusnya dimaklumi bagi dia. Jenis penalaran yang sama ini dapat digunakan untuk membenarkan seorang penganiaya anak atau orang yang melakukan kekerasan yang mengaku ia tidak dapat mengendalikan amarahnya.
Homoseksual yang militan berkeras tidak hanya bahwa mereka memiliki hak untuk memilih cara hidup mereka, tetapi juga bahwa semua orang harus melihat praktik mereka sebagai dapat diterima. Namun begitu, Alkitab dengan jelas bicara tentang masalah itu. Diskriminasi, kekerasan, dan pengekangan oleh hukum bukan pilihan untuk mengakhiri homoseksualitas; tapi ketika mereka yang mempraktikkan apa yang Alkitab identifikasi sebagai dosa berkeras bahwa orang Kristen menerima mereka, maka mereka melanggar hak-hak dan hati nurani orang lain. Pernikahan, seperti yang diajarkan di dalam Alkitab, adalah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Kej. 2:24; Mat. 19:5). Praktik homoseksualitas mencegah orang untuk masuk ke dalam kerajaan sorga. Ajaran Alkitab akan membolehkan orang Kristen untuk memiliki kerajaan sorga tidak dengan cara lain.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Judul bagian ini diambil dari Abundant Life Bible, New Living Translation, 2nd ed. (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2004)...
Catatan Akhir:
- 1 Judul bagian ini diambil dari Abundant Life Bible, New Living Translation, 2nd ed. (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2004), 873.
- 2 Wayne A. Meeks, The First Urban Christians: The Social World of the Apostle Paul, 2nd ed. (New Haven, Conn.: Yale University Press, 2003), 129.
- 3 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 197. Garland mengutip sumber-sumber kuno yang mendukung klaimnya.
- 4 Cicero Against Verres 1.1.1.
- 5 Emil Schürer, The History of the Jewish People in the Age of Jesus Christ, rev. and ed. Geza Vermes, Fergus Millar, and Martin Goodman (Edinburgh: T. & T. Clark, 1986; reprint, London: Bloomsbury, 2014), 3:119.
- 6 Ibid., 3:119-20.
- 7 Gordon D. Fee, The First Epistle to the Corinthians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 233.
- 8 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 613.
- 9 David E. Malick, "The Condemnation of Homosexuality in 1 Corinthians 6:9," Bibliotheca Sacra 150 (October- December 1993): 490.
- 10 Stanley J. Grenz, Sexual Ethics: A Biblical Perspective (Dallas: Word Publishers, 1990), 206.
- 11 Ben Witherington III, Conflict and Community in Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995), 166.
- 12 1 Clement 59.3.
- 13 Meeks, 102.
- 14 Upaya Fee untuk memisahkan "penyucian" dan baptisan akan membutuhkan disertasi bagi respon yang tepat. (Fee, 246-47.) Antara lain, sudah dikenal baik bahwa para penulis Perjanjian Baru sering saling mempertukarkan preposisi ejn (en) dan eΔiß (eis). Penggunaan "dalam nama" oleh Paulus ketimbang "ke dalam nama" tidak menawarkan alasan untuk menghilangkan baptisan dari pemikiran. Baptisan, penyucian, dan kelahiran kembali terkait erat di dalam Titus 3:5. Ada alasan yang baik bahwa para komentator melihat adanya bahasa baptisan dalam acuan Petrus kepada kelahiran baru (1 Pet. 1:23-2:3).
- 15 Ibid., 248.
- 16 Judul bagian ini diambil dari Abundant Life Bible, New Living Translation, 2nd ed. (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 2004), 873.
- 17 James D. G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 58.
- 18 Garland, 234.
- 19 "Testaments of the Twelve Patriarchs," 5.3, trans. H. C. Kee, in James H. Charlesworth, ed., The Old Testament Pseudepigrapha (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1983), 1:786.
- 20 Jimmy Allen, Survey of Romans, 7th ed. (Searcy, Ark.: By the author, 1994), 105.
- 21 Hal ini tetap benar meski Paulus menggunakan kata ganti jamak untuk orang kedua "kamu." Apa yang benar bagi semua orang Kristen di Korintus adalah benar juga untuk masing-masing dari mereka secara individu.
- 22 Talmud Berakoth 60b.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 63
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi